Aku menepis sebagian pasir yang berusaha keras menyelimuti separuh kaki
Aku masih harus berjalan jauh untuk menemui perintah hati
Batinku sambil berlalu
Menjauh dari pesisir
Disertai gemuruh pelan laut sedang berdzikir
Di pertemuan yang direncanakan
Ketika aku dan kau menggambar di pikiran tentang pantai berangin yang dilandaikan ingin
Sesudahnya aku menulis ribuan sajak
Atau puisi
Juga untaian kalimat basi
Hanya agar tetap bisa mengingatmu
Juga mengingatkanmu
Tentang pertemuan di sebuah almanak yang bisu
Sebelumnya aku menguntai ribuan koma
Di setiap kata
Untuk menjeda cinta
Supaya tak saling kejar dengan jalan cerita
Hingga nanti akhirnya bisa menemui titik yang sebenarnya
Bukan lagi titik dua atau titik koma
Temui aku kekasih
Ujarku dalam satu judul puisi
Mari kita menari di antara hujan
Rintiknya adalah musik yang sengaja diturunkan awan
Mengiringi kita berdansa
Di genangan kenangan
Usaikan mimpimu yang tertunda
Karena melati tak juga kunjung berbunga
Kita harus membahagiakan langit terlebih dahulu
Terangnya saat malam purnama
Adalah episode yang sengaja diturunkan ke bumi
Menerangi labirin sunyi yang kita hampiri
Hingga gerbangnya terbuka sempurna
Dan kita bisa melaluinya bersama
Menuju suatu tempat yang dieja dengan kata bahagia
Jakarta, 3 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H