Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Gamelan, Sinden dan Penari Meruntuhkan Sunyi

27 April 2018   10:29 Diperbarui: 27 April 2018   10:42 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika gamelan bersuara lembut memenuhi udara siang yang menyengat. Luruh semua keringat yang menetes panas menjadi butiran-butiran embun penyejuk hati. Gamelan memang selalu membalut diri dengan keindahan pagi. Tak mungkin dipungkiri.

Ketika sinden mendendangkan tembang dengan nada tinggi saat keheningan dibekap oleh riuh rendah langkah kaki, semua gelisah lalu runtuh begitu saja tanpa perlu dialog dan kata-kata. Tanda takluk kepada bening dan ketulusan jiwa yang melebur dalam makna nyanyian yang diciptakan semenjak dahulu kala. Waktu para nayaka adalah bagian dari keseimbangan antara damai dan perang terbuka. 

Ketika para penari mulai berlutut dan memberikan sembah kepada sosok yang dulu menjadi empu tarian mereka, angin mendadak berhenti. Memberikan waktu secukupnya bagi seluruh alam untuk khidmat dan menghormati betapa dalamnya sebuah tarian diciptakan.

Sunyi runtuh dengan cepat. Gamelan menandainya dengan alunan nada lambat. Para sinden bersimpuh menyampaikan bait demi bait amanat. Sedangkan para penari menerbangkan selendangnya untuk menyatakan bahwa jarak langit dan bumi begitu dekat. Tak perlu ada rusuh di antaranya. Apalagi jika itu berbicara mengenai sejarah, cinta dan manusia.

Sampit, 27 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun