Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanah-tanah yang Terusir

18 April 2018   10:49 Diperbarui: 18 April 2018   10:55 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: agropopular.com

Ini bukan cerita terakhir. Tentang tanah-tanah yang terusir. Terlunta-lunta di wilayah terabaikan. Gersang. Tersudut di tenggorokan bumi yang meradang.

Ini juga bukan kisah yang segera berakhir. Hewan terbang, mengaum dan melata, menjadi fakir. Kehilangan garam dan mata air. Mau tak mau bersembunyi dalam ceruk yang menganga. Mungkin tinggal satu dua saja.

Rangkaian drama melankolia di hidup yang sebenarnya. Disusun dalam sebuah skenario paksa. Perhelatan tak habis-habis bagi hati yang mudah teriris. Lalu menangis;

Menangisi rintik hujan yang datang bukan pada musimnya. Tubuh rinainya berbau masam karena asam. Bukan karena keringat langit yang cenderung muram.

Menangisi bulan yang terpenggal-penggal. Tidak lagi diperhatikan karena layar-layar kaca banyak memamerkan baju yang berlepasan. Dari para bidadari yang tersesat di almanak yang ditandai sebagai tanggal kebutuhan akan makan.

Menangisi jeritan renta langit yang menua. Keriput dan berlubang-lubang. Ditusuk jarum-jarum raksasa bernama carbon monoksida. Dari asap mesin yang terlontar, gambut yang terbakar, dan kendaraan-kendaraan yang menggantikan fungsi akar.

Cerita ini jauh dari akhir. Masih di pertengahan fragmen dari ribuan lagi babak yang mengantri. Menanti keputusan. Bagaimana kelak tanah-tanah yang terusir. Hanya menjadi tanah-tanah tempat manusia dikuburkan. Tanpa perlu lagi batu nisan.

Jakarta, 18 April 2018  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun