Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Termakan Zaman

18 April 2018   07:10 Diperbarui: 18 April 2018   08:38 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkahnya justru melambat, tersandung kaki yang sengaja disilangkan

Pada akhirnya, zaman akan menelan bulat-bulat sejumlah rasa manusia yang semestinya selalu ada.  Tidak perlu disebutkan karena langsung ketahuan begitu muncul banyak berita mengenai hutan disulap menjadi sawah, lautan berbau minyak tumpah, gunung-gunung botak dari pinggang ke bawah, orang-orang bermatian karena perang dan wabah.

Sesungguhnya, zaman tak lebih dari putaran waktu yang direka sendiri menjadi panggung drama. 

Hanya saja, tiang-tiang panggungnya dibuat dari kayu rapuh kesukaan anai-anai.

Sesudahnya, panggungnya roboh, drama tidak selesai, waktunya belum usai.

Jadilah, para pelakonnya terjuntai dihempas badai.

Namun, zamanlah yang dituduh sebagai pelaku yang lalai.

Jakarta, 18 April 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun