Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Angsa dan Kedamaian

16 April 2018   13:17 Diperbarui: 16 April 2018   13:20 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: nc.audubon.org

Sekumpulan angsa merenangi kesunyian. Di sebuah telaga yang jauh dari hiruk pikuk. Bulu-bulu halusnya berkilau ditempa matahari yang datang dengan kikuk. Memantulkan beberapa janji kedamaian. Ini bumi semakin lama jatuh dalam kegerahan.

Angsa-angsa berwarna putih dicat oleh birunya langit. Perpaduan ajaib dua warna yang sama-sama melambangkan suasana terang namun teduh. Siap menenggelamkan rusuh kapanpun hendak luruh.

Puisi yang ditulis karena angsa bukan puisi seadanya. Selalu dinyawai air yang tersibak pelan. Bukan gelombang maha dahsyat yang menghancurkan. Sekalipun angsanya tersesat di lautan.

Kisah tentang angsa untuk anak-anak yang sukar tidur. Seperti membuka rahasia bagaimana mengipasi kerumunan gelisah hingga berubah indah. Anak-anak itu akan terjatuh lelap. Tak peduli malam menautkan cerita seram tentang gelap.

Angsa-angsa itu penyelamat keinginan. Bagi hati berduri yang terus saja ditajamkan belati. Menjadi setumpul tunggul angsana yang berusaha bersemi kembali. Setelah cipratan air telaga sampai ke tempatnya berdiri dan nyaris mati.

Bicara tentang angsa-angsa. Tak ubahnya doa-doa. Beterbangan menyeberangi angkasa. Hingga sampai dimana Tuhannya berada.

Jakarta, 16 April 2018

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun