"Dokter tolong beri aku resep kematian! Â Aku sudah tidak tahan!"
Lelaki kekar itu menangkupkan kedua tangan di dada. Â Di hadapan seorang dokter wanita yang menatapnya tercengang.
Lelaki itu tadi menerobos antrian begitu saja. Â Tak peduli perawat berteriak-teriak mencegah. Â Dia terus saja menulikan telinga dan memasuki ruang praktek dokter Nita. Â Lelaki itu berpakaian rapi namun badannya penuh dengan tattoo. Â Termasuk seekor naga perkasa yang melilit kedua lengannya.
Saking takjubnya, Dokter Wina masih terbengong-bengong menatap lelaki itu. Â Dia adalah ahli anestesi sekaligus spesialis bedah syaraf. Â Sudah belasan tahun dia membuka praktek tapi baru kali ini dia menemui pasien seaneh ini.
"Maksud Bapak?" Â Dokter Wina tergagap bertanya.
"Maksudku tentu saja beri aku resep bagaimana agar aku cepat mati dokter!" lelaki itu menjawab. Â Lebih tegas lagi.
Dokter Wina mengusir kepeningan yang mulai melanda benaknya. Â Jangan-jangan pasien ini sudah gila!
Dokter Wina memutuskan mengusir pasien itu dengan halus. Â Mengatakan bahwa sebaiknya nanti bicara setelah pasien habis dan jam praktek berakhir. Â Lelaki itu menurut.
-----
Pasien terakhir sudah pulang. Â Dokter Wina sudah hampir lupa dengan janjinya kepada lelaki yang diduganya gila tadi. Â Dokter wanita yang ternama ini sedang membereskan semua peralatan dan memasukkannya dalam tas saat pintunya terbuka begitu saja.
Lelaki itu berdiri di sana. Â Menatapnya dengan mata nyalang namun mengiba.