Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tangisan yang Hilang dari Para Perempuan Terbuang

14 Maret 2018   20:19 Diperbarui: 14 Maret 2018   20:23 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Segelas anggur terhidang di malam yang menutup dirinya terhadap cahaya.  Anggurnya dipetik langsung dari bibir wanita semerah perasan saga.  Terucap bisikan pelan dan isakan terbata-bata; jadikan aku tetesan hujan dan bunga.  Selama ini aku hanya air keruh di selokan.

Keluar jeritan sekuat mangsa di sudut jalan segelap gua.  Dari sesosok wanita yang melacurkan diri demi anak-anaknya.  Jeritan dari batin terluka.  Menunggangi udara yang membeku karena iba.

Sekelompok anak gadis meringkuk di pojokan kapal yang membuang sauh di lautan teduh.  Di dalam kerangkeng rapat berjeruji besi.  Menunggu para pembeli datang berduyun-duyun.  Besok mereka diperdagangkan tak ubahnya cabai.

Perempuan dari desa terjebak dalam kepungan kota.  Kemudian para bajingan menawarkan ranjang empuk berbayar dan lipstik mahal.  Lalu menggadaikan setiap lekuk tubuhnya bagi paruh nazar dan taring hyena. 

Penghakiman diketuk menggunakan palu gada dan kutukan sekencang dukun zaman pertengahan;  kalian hina!

Pengadilan tanpa pembela.  Tak peduli kisah sebenarnya.  Betapa tangisan mereka berjatuhan laksana hujan dari hati mereka yang terbuang.  

Jakarta, 14 Maret 2018

  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun