Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bunga Tujuh Helai dengan Tujuh Pesan Berwarna

13 Maret 2018   20:37 Diperbarui: 14 Maret 2018   12:15 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

Mimpi yang mendatanginya kali ini sungguh aneh.  Reni merasa dibawa ke sebuah padang savana yang sangat luas.  Tidak ada tanaman lain yang tumbuh di sana kecuali bunga.  Beraneka macam bunga.  Reni sampai merasa barangkali dia tiba-tiba berada di surga.

Reni tidak mau cepat terbangun.  Dia ingin menikmati mimpinya selama mungkin.  Dia merasa dalam hidupnya jarang dihampiri kata bahagia karena kesibukannya.  Sekarang dia begitu berbahagia.  Biarlah dia ada di alam mimpi ini selamanya.

Reni menelusuri semua sudut savana dengan berjalan kaki seenaknya.  Menciumi wangi setiap bunga berbeda yang ditemuinya.  Terkadang gadis ini berlari kecil.  Menjerit-jerit kegirangan karena ternyata banyak sekali kupu-kupu bersayap indah beterbangan. 

Berkali-kali Reni mengedarkan pandangan ke segala arah.  Ke langit yang seakan tak berbatas.  Ke hamparan bunga tak putus-putus.  Ke kakinya yang tak mau berhenti berlari.  Reni seolah tak percaya.  Mimpi ini terlalu nyata kalau memang disebut mimpi.  Kakinya kelelahan.  Nafasnya terengah-engah.  Tuhan, jangan biarkan mimpi ini berhenti.  Ijinkan aku tetap di sini.

Reni berhenti sejenak.  Ada setangkai bunga yang menarik perhatiannya.  Warnanya tak biasa.  Setangkai bunga dengan tujuh warna.  Persis seperti warna pelangi.  Reni mendekatkan matanya.  Ada lagi yang lebih menarik daripada sekedar warna.

Helai bunganya ada tujuh!  Di setiap helai bunganya ada tulisan kecil yang sepertinya bukan berasal dari tinta.  Tapi bintik-bintik hitam bekas noda matahari.  Luar biasa!

Reni terheran-heran dengan matanya ketika dia bisa membaca tulisan ajaib itu sejernih air di gelas kristal.  Gadis ini mengucek-ucek matanya.  Masih tak percaya.

------

Percaya.  Itu tulisan di helai daun pertama.  Reni terkesiap.  Jantungnya berdetak agak kencang.  Kata itu melambungkan pikirannya ke sebuah nama yang beberapa lama dia coba lupakan.  Tuhan.  Dia memutuskan untuk tidak percaya karena menganggap dia hanya memperoleh cobaan.  Tidak satupun kebahagiaan.  Padahal Tuhan telah memberinya karunia yang luar biasa.

Kasih.  Reni mengerjapkan matanya.  Teringat kepada kedua orang tuanya yang tak pernah putus mengasihinya meskipun dia sekarang banyak sekali kekurangan.  Bahkan kini dia harus dimandikan dan disuapi.  Setiap pagi dibawa berjemur matahari.

Yakin. Ini yang tertulis di helai bunga ketiga.  Aku memang tidak pernah yakin apakah aku mampu menjalani hidup yang seperti ini,  pikir Reni dengan pikiran teraduk-aduk.  Helai ketiga ini sepertinya mengingatkan aku pada keyakinan yang semestinya tetap terjaga sepanjang waktu.  Aku tidak bisa menjaganya karena penderitaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun