Mimpi yang mendatanginya kali ini sungguh aneh. Â Reni merasa dibawa ke sebuah padang savana yang sangat luas. Â Tidak ada tanaman lain yang tumbuh di sana kecuali bunga. Â Beraneka macam bunga. Â Reni sampai merasa barangkali dia tiba-tiba berada di surga.
Reni tidak mau cepat terbangun. Â Dia ingin menikmati mimpinya selama mungkin. Â Dia merasa dalam hidupnya jarang dihampiri kata bahagia karena kesibukannya. Â Sekarang dia begitu berbahagia. Â Biarlah dia ada di alam mimpi ini selamanya.
Reni menelusuri semua sudut savana dengan berjalan kaki seenaknya. Â Menciumi wangi setiap bunga berbeda yang ditemuinya. Â Terkadang gadis ini berlari kecil. Â Menjerit-jerit kegirangan karena ternyata banyak sekali kupu-kupu bersayap indah beterbangan.Â
Berkali-kali Reni mengedarkan pandangan ke segala arah. Â Ke langit yang seakan tak berbatas. Â Ke hamparan bunga tak putus-putus. Â Ke kakinya yang tak mau berhenti berlari. Â Reni seolah tak percaya. Â Mimpi ini terlalu nyata kalau memang disebut mimpi. Â Kakinya kelelahan. Â Nafasnya terengah-engah. Â Tuhan, jangan biarkan mimpi ini berhenti. Â Ijinkan aku tetap di sini.
Reni berhenti sejenak. Â Ada setangkai bunga yang menarik perhatiannya. Â Warnanya tak biasa. Â Setangkai bunga dengan tujuh warna. Â Persis seperti warna pelangi. Â Reni mendekatkan matanya. Â Ada lagi yang lebih menarik daripada sekedar warna.
Helai bunganya ada tujuh! Â Di setiap helai bunganya ada tulisan kecil yang sepertinya bukan berasal dari tinta. Â Tapi bintik-bintik hitam bekas noda matahari. Â Luar biasa!
Reni terheran-heran dengan matanya ketika dia bisa membaca tulisan ajaib itu sejernih air di gelas kristal. Â Gadis ini mengucek-ucek matanya. Â Masih tak percaya.
------
Percaya. Â Itu tulisan di helai daun pertama. Â Reni terkesiap. Â Jantungnya berdetak agak kencang. Â Kata itu melambungkan pikirannya ke sebuah nama yang beberapa lama dia coba lupakan. Â Tuhan. Â Dia memutuskan untuk tidak percaya karena menganggap dia hanya memperoleh cobaan. Â Tidak satupun kebahagiaan. Â Padahal Tuhan telah memberinya karunia yang luar biasa.
Kasih. Â Reni mengerjapkan matanya. Â Teringat kepada kedua orang tuanya yang tak pernah putus mengasihinya meskipun dia sekarang banyak sekali kekurangan. Â Bahkan kini dia harus dimandikan dan disuapi. Â Setiap pagi dibawa berjemur matahari.
Yakin. Ini yang tertulis di helai bunga ketiga. Â Aku memang tidak pernah yakin apakah aku mampu menjalani hidup yang seperti ini, Â pikir Reni dengan pikiran teraduk-aduk. Â Helai ketiga ini sepertinya mengingatkan aku pada keyakinan yang semestinya tetap terjaga sepanjang waktu. Â Aku tidak bisa menjaganya karena penderitaanku.