Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencari Jejak Pagi

25 Januari 2018   06:01 Diperbarui: 25 Januari 2018   09:18 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau bilang mencari jejak pagi yang menghilang.  Sempat kau temukan saat dinihari.  Namun tak nampak lagi karena tersapu angin yang juga bermatian. 

Aku ingin membantumu.  Ini pakailah sedikit cahaya.  Dari kunang-kunang yang kesiangan di daun ketapang. 

Kau menolaknya.  Katamu jejak ini cuma kau yang bisa melihatnya.  Tidak perlu bantuan cahaya.  Tidak perlu alat penuntun untuk meraba. Jejak ini adalah jejak cinta yang kau pelihara semenjak hatimu pura-pura buta.  Pantas saja hanya kau yang bisa membauinya.

Aku menyimpan lagi kunang-kunang yang semestinya tadi kuberikan.  Barangkali nanti malam kau membutuhkan.  Saat jejak itu tersamarkan sinar bulan.

Sampit, 25 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun