Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suara di Antara Jelaga

6 Januari 2018   10:10 Diperbarui: 6 Januari 2018   10:32 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada suara-suara menggema di antara derum mesin dan asap knalpot mobil dan bus kota. Suara yang sanggup membersihkan udara dari kekotoran dan jelaga.  Suara sejernih air pegunungan. Menyebut nama Tuhan berulang-ulang. 

Tadi mataku disapa oleh empat musim. Kini telingaku diperdengarkan lantunan mengaji para penuntun musim. Betapa cerah pagi yang menghampiri. Rasanya keruh sudah memutuskan untuk harakiri.

Aku menuliskan pesan bersama puisi ini. Kepadamu yang sedang menelisik cinta di hati. Seekor harimau tak pernah lari ketika didatangi sekawanan hyena. Karena dia tahu harus mempertahankan apa.  Karena dia tahu berjuang itu tak kenal kata membalik mata.

Jakarta, 2 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun