Menatap tepat ke arahku. Musim panasnya menyeberangi jalan, menggugah pagi agar para pemimpi segera terbangun untuk membenahi hati. Â Setelah sunyi saling berpagut bisa mematikan dengan keriuhan yang berdatangan membawa ramalan tentang rasi.
Musim dingin sedang disimpan. Dipersiapkan bagi orang-orang yang sering retak jiwanya ketika hunjaman terik memaksa mereka untuk berdusta. Kepada gurun bahwa mereka tak lagi berairmata. Â Kepada laut bahwa mereka tak mau lagi membadaikan cerita.
Musim gugur masih lama. Namun helaian kisah yang dituliskan sudah mulai menjatuhkan daun-daunan. Â Â Bagi datangnya para bunga yang rindu untuk bermekaran. Setelah sekian lama bersembunyi di lorong-lorong sempit dengan ujung tak berkesudahan.
Musim semi adalah yang dinanti. Terutama ketika warna-warna merebakkan irisan pelangi. Menebar harum sekuat istana para putri yang dulu terkekang oleh zaman dan kini terjeruji pemberontakan. Berjuang untuk cintanya yang tak hendak lagi tercerai-berai berantakan.
Jakarta, 2 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H