Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Lantai Sembilan

23 Oktober 2017   21:45 Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:27 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raisa menghentikan sejenak aktifitas di keyboardnya.  Suara suara aneh muncul dari arah ruang rapat direktur,

"Hhhhhhh....jangaannn...jangaaann....owwhhh"

"Braakkkk.....eghhhhh..."

Raisa mengedikkan kepala.  Dia terkenal sebagai gadis pemberani.  Apalagi semua orang di kantor menjulukinya gadis cangal, cantik galak.  Memang benar, tak ada satupun lelaki di kantor yang berani macam macam menggodanya. Pernah ada seorang manager yang harus merasakan kerasnya siku gadis cantik ini di ulu hati karena coba coba menganggunya dengan cara yang tidak sopan.

Awalnya Raisa berusaha melupakan suara suara tidak lazim itu.  Diteruskannya pekerjaan input data yang tertunda.  Malam ini dia harus lembur sendirian.  Temannya Fitra, yang seharusnya bersama sama lembur, tidak bisa karena sedang sakit.  Memang ada satpam.  Tapi mereka ada di lantai 1.  Sekali waktu saja mereka keliling dari lantai ke lantai.  Hanya setiap 1,5 jam sekali lantai sembilan ini diperiksa oleh satpam. 

Ah mengganggu saja! Raisa berdiri dari duduknya sambil memperhatikan ruang rapat yang cukup jauh dari tempatnya berdiri.  Ruangan itu gelap.  Namun karena ada pantulan cahaya lampu di sudut ruangan masih terlihat silhuet dari balik kaca.  Raisa tercengang!

Ada silhuet dua orang sedang bergumul di dalam ruangan.  Pergumulan yang sangat seru karena suara gedebuk jatuh dan gelas pecah berkerontangan sangat jelas terdengar dari tempat Raisa berdiri.  Gadis pemberani ini buru buru berlari ke tempat saklar lampu.  Klik! Serbuan cahaya benderang menerangi ruang rapat.  Raisa dengan nekat membuka pintu ruangan.  Kembali gadis ini tercengang! 

Tidak ada apapun di dalam ruangan!  Meja, kursi dan perabotan kantor terlihat bersih dan rapi.  Tidak sedikitpun ada bekas bekas pertengkaran atau kekacauan.  Raisa menutup pintu ruangan sambil menggeleng gelengkan kepala.  Itu tadi halusinasi atau apa?

Dibiarkannya lampu menyala.  Raisa tidak mau terganggu lagi dengan penglihatan macam macam.  Pekerjaan ini harus selesai malam ini.  Besok diperlukan oleh direksi untuk bahan rapat.  Sembari duduk Raisa memperhatikan ruang rapat.  Tidak ada apa apa.  Raisa bernapas lega.

Gadis ini kembali menatap layar monitor komputernya berniat untuk melanjutkan input data.  Raisa membelalakkan matanya!  Layar komputernya tidak lagi sedang menayangkan hasil input data, namun digantikan oleh sebuah tayangan video atau semacamnya.  Sebuah video persis seperti pergumulanan silhuet yang dilihatnya baru saja di ruang rapat. 

Kali ini hati Raisa tercekat.  Logikanya mengatakan bahwa ada seseorang sedang candid camera lalu menayangkan hasil cameranya di layar monitor komputernya.  Tapi bagaimana mungkin?  Sedari tadi dia tidak terhubung ke internet dan komputer ini tidak mempunyai hard disk.  Semuanya menggunakan server internal.  Sialan! Ada orang yang mau main main denganku, pikir Raisa geram.

Gadis ini mengesampingkan perasaan aneh yang mulai menjalari hatinya.  Dihampirinya semua saklar lampu dan dinyalakannya semua.  Ruangan itu mendadak seperti siang hari.  Terang benderang.  Raisa bahkan meraih remote televisi besar di tengah ruangan.  Kebetulan saluran TV sedang menayangkan kehebohan acara live show pertandingan sepakbola.  Ramai dan menegangkan.  Raisa tersenyum tenang.

Raisa kembali ke komputernya.  Video aneh itu sudah berhenti.  Atau mungkin tadi lagi-lagi halusinasi.  Huffftt...aneh aneh saja.

Tiba tiba saja semua lampu ruangan meredup.  Bukan mati tapi meredup sehingga ruang besar itu berubah remang-remang seolah olah hanya dipenuhi oleh cahaya kunang kunang.  Raisa melotot.  Ini keterlaluan!  Dia tidak terima! Raisa berdiri sambil meraih remote untuk membesarkan volume televisi.  Ketiga kalinya Raisa tercengang!

Layar televisi memperlihatkan dirinya sedang menyalakan lampu-lampu dan televisi.  Bukankah ini apa yang telah dilakukannya tadi?!  Hati gadis pemberani ini menguncup sekarang.  Ini sudah di luar nalarnya.  Lebih baik pergi saja.  pergi ke sebuah cafe dan menyelesaikan pekerjaannya di sana.  Hiiiihhhh...ini horror!

Raisa berniat membereskan komputer dan perlengkapan lainnya.  Niatnya terhenti ketika layar komputernya kembali menayangkan sesuatu yang aneh.  Sebuah tontonan apa yang baru saja dilakukannya.  Meraih remote, membesarkan volume dan terbengong bengong menatap televisi. 

Raisa bergidik! Gadis ini buru buru hendak angkat kaki kabur dari tempat mengerikan ini.  Tapi kakinya terasa begitu berat.  Dia seperti merasakan tubuhnya menyusut.  Memasuki sebuah ruang hampa.  Lalu kesadaran menghilang sepenuhnya dari kepala.

Entah berapa lama Raisa pingsan.  Namun begitu terbangun dan sadar, Raisa merasakan sesuatu yang aneh.  Hari nampaknya sudah siang.  Dia melihat rekan rekannya bekerja seperti biasa di ruangan kerja.  Raisa bisa melihat mereka semua.  Namun anehnya dia seperti melihat dari sebuah ruang sempit dan gelap dengan sudut pandang yang sangat sempit. 

Raisa menjerit keras.  Mencoba menarik perhatian rekan-rekannya yang asik bekerja.  Tidak ada satupun yang kelihatannya mendengar dia menjerit.  Tak satupun menoleh ke arahnya.  Raisa semakin menggigil.  Ini situasi mengerikan yang dia tidak tahu apa.  Dia seperti terjebak di suatu tempat yang dia tidak tahu.

Raisa tidak sadar bahwa dia sekarang terjebak di dalam layar televisi yang mati!  Sama persis seperti silhuet yang dilihatnya sebelum pingsan tadi.  Mereka adalah dua orang yang terjebak di layar televisi ruang rapat beberapa tahun yang lalu dengan proses yang hampir sama.

Sejak beroperasi sebelas tahun yang lalu, manajemen gedung telah mencatat sembilan orang menghilang begitu saja tanpa tahu apakah pensiun atau berhenti.

Medan, 12 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun