Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Lantai Sembilan

23 Oktober 2017   21:45 Diperbarui: 23 Oktober 2017   22:27 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis ini mengesampingkan perasaan aneh yang mulai menjalari hatinya.  Dihampirinya semua saklar lampu dan dinyalakannya semua.  Ruangan itu mendadak seperti siang hari.  Terang benderang.  Raisa bahkan meraih remote televisi besar di tengah ruangan.  Kebetulan saluran TV sedang menayangkan kehebohan acara live show pertandingan sepakbola.  Ramai dan menegangkan.  Raisa tersenyum tenang.

Raisa kembali ke komputernya.  Video aneh itu sudah berhenti.  Atau mungkin tadi lagi-lagi halusinasi.  Huffftt...aneh aneh saja.

Tiba tiba saja semua lampu ruangan meredup.  Bukan mati tapi meredup sehingga ruang besar itu berubah remang-remang seolah olah hanya dipenuhi oleh cahaya kunang kunang.  Raisa melotot.  Ini keterlaluan!  Dia tidak terima! Raisa berdiri sambil meraih remote untuk membesarkan volume televisi.  Ketiga kalinya Raisa tercengang!

Layar televisi memperlihatkan dirinya sedang menyalakan lampu-lampu dan televisi.  Bukankah ini apa yang telah dilakukannya tadi?!  Hati gadis pemberani ini menguncup sekarang.  Ini sudah di luar nalarnya.  Lebih baik pergi saja.  pergi ke sebuah cafe dan menyelesaikan pekerjaannya di sana.  Hiiiihhhh...ini horror!

Raisa berniat membereskan komputer dan perlengkapan lainnya.  Niatnya terhenti ketika layar komputernya kembali menayangkan sesuatu yang aneh.  Sebuah tontonan apa yang baru saja dilakukannya.  Meraih remote, membesarkan volume dan terbengong bengong menatap televisi. 

Raisa bergidik! Gadis ini buru buru hendak angkat kaki kabur dari tempat mengerikan ini.  Tapi kakinya terasa begitu berat.  Dia seperti merasakan tubuhnya menyusut.  Memasuki sebuah ruang hampa.  Lalu kesadaran menghilang sepenuhnya dari kepala.

Entah berapa lama Raisa pingsan.  Namun begitu terbangun dan sadar, Raisa merasakan sesuatu yang aneh.  Hari nampaknya sudah siang.  Dia melihat rekan rekannya bekerja seperti biasa di ruangan kerja.  Raisa bisa melihat mereka semua.  Namun anehnya dia seperti melihat dari sebuah ruang sempit dan gelap dengan sudut pandang yang sangat sempit. 

Raisa menjerit keras.  Mencoba menarik perhatian rekan-rekannya yang asik bekerja.  Tidak ada satupun yang kelihatannya mendengar dia menjerit.  Tak satupun menoleh ke arahnya.  Raisa semakin menggigil.  Ini situasi mengerikan yang dia tidak tahu apa.  Dia seperti terjebak di suatu tempat yang dia tidak tahu.

Raisa tidak sadar bahwa dia sekarang terjebak di dalam layar televisi yang mati!  Sama persis seperti silhuet yang dilihatnya sebelum pingsan tadi.  Mereka adalah dua orang yang terjebak di layar televisi ruang rapat beberapa tahun yang lalu dengan proses yang hampir sama.

Sejak beroperasi sebelas tahun yang lalu, manajemen gedung telah mencatat sembilan orang menghilang begitu saja tanpa tahu apakah pensiun atau berhenti.

Medan, 12 September 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun