Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hati Teriris di Burma yang Menangis

3 September 2017   13:49 Diperbarui: 3 September 2017   13:51 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mendung hitam sedang berkumpul di atas Burma

Anak anak berlari di genangan darah

Belum lima menit sesudahnya

Anak anak itulah yang menyumbangkan darah di genangan

Ini bukan perang namun pembantaian

Bukan juga tentang agama tapi lebih kepada manusia

Sidharta Gautama bukan peminum darah

Itu sama sekali bukan ajarannya

Petir berkerumun di langit Burma

Ledak dan desingnya menyapu nyawa nyawa Rohingya

Terkapar di tanah tanah berlubang

Bekas pemakaman sehari sebelumnya

Jika kelak mayat mayat itu tinggal tulang tulang

Cacing cacing tanah akan memberikan penghormatan

Bagi sebuah pengorbanan tak habis habis

Sebuah suku bangsa yang selalu diiris iris

Jakarta, 3 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun