Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat Kedua untuk Melati

13 Agustus 2017   18:17 Diperbarui: 13 Agustus 2017   19:31 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati hati.  Aku melihat ada kilat sedang mendekat.  Di tengah padang ilalang yang hampir terbakar.  Hanya tinggal menunggu sebuah kecil percikan.  Maka itu akan seperti Alengkadiraja dinyalakan Hanoman.

Hati hati.  Hari yang cerah bisa saja membadai.  Karena nampak angin kelabu di sana sini.  Bernoktah di hati pemarah.  Setelah senja mengatakan tentang harga diri. 

Aku sempat membaca sebuah peribahasa.  Telaga tak selamanya berairmata.  Artinya sedikit membingungkan.  Bagi orang orang yang biasa berenang di lautan.

Aku punya juga peribahasa untukmu.  Seorang pejuang sudah pasti bukan pecundang, seorang pecundang bisa jadi pejuang, jika berani merebut nasib dari mimpinya yang malang.

Semarang, 13 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun