Cukup sekali
Aku dibodohi sepi
Pasrah lalu marah
Itu lebih parah daripada keledai memanjat dari lubang yang membuatnya jatuh
Sekian puluh
Cukup sekali
Aku dibuai mimpi tak jadi
Menyumpah lalu memaki
Ini lebih gundah dibanding marabunta yang lupa sarangnya
Setelah sekian lama
Cukup sekali
Aku ditertawakan kali kali
Merajuk lalu pergi
Mencoba memegang air dan meletakkannya dalam hati
Padahal itu lupa diri
Cukup sekali
Aku menghentikan puisi
Terlelap lalu kalap
Namanya menyetujui permintaan sunyi
Menemani patahnya hati
Jakarta, 22 Juli 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H