Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Bening

29 Juni 2017   20:45 Diperbarui: 29 Juni 2017   20:47 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan malam ini tak habis habis.  Suasana meriang saat siang berubah drastis.  Warna biru bertransformasi menjadi kelabu.  Sepertinya awan berkumpul lalu bersama sama menangis tersedu sedu.

Apa yang ditangiskan adalah misteri.  Apa yang disedihkan adalah teka teki.  Sesungguhnya alam itu ibarat sebuah peti.  Menyimpan ribuan puzzle yang tak bisa diurai dengan pasti.

Ini semakin menderas.  Menerabas pekat tanpa batas.  Malam berkumur halimun.  Gelap menatap anak anak air berkerumun. 

Laksana sebuah kerajaan sedang bersayembara.  Silahkan memperebutkan putri raja.  Memanah jantung air yang mengalir hening.  Untuk mendapatkan cinta sebenar benarnya bening.

Bogor, 29 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun