Ada campuran rasa kelu
Dalam seduhan kopimu pagi ini
Pahit, getir dan asam
Bercampur dengan manis yang pekat
Seolah memanggilku dari ujung bumi sebelah sana
Di dekat kutub utara
;selamat pagi, aku kirimkan bunga bunga es untukmu. Â Di situ ada cintaku. Â Sekaligus serpihan ketermanguanku. Â Terbungkus lembar lembar daun melati kesukaanku.
Aku menyesap kopinya dengan cepat
Aku tidak mau mencernanya perlahan lahan
Aku mau menikmatinya dalam satu hentakan
Di muara jantungku yang bertuliskan
;muaramu adalah tempat airmu berkumpul. Â Rasa asin akan menerimamu dengan suka cita. Â Adukan semua rasa itu akan melengkapi kekuatanku untuk meraihmu.
Aku meletakkan cangkirnya di hulu sebuah meriam
Aku akan mencampurnya dengan bubuk mesiu
Menyulutnya dengan seribu kemauanku
Meledakkannya tepat di susunan syaraf hatimu
Ada juga sehelai kertas di antara pecahan yang menancap kuat di jiwamu
;aku merapal janji bersama kedatangan elang. Â Tajam cakar dan paruhnya adalah gambaran besar mimpiku. Â Untuk membawamu terbang mengelana. Â Menjemput awan yang berhamburan di angkasa. Â Mengumpulkan lalu menyiraminya dengan hujan dan nyala api. Â Sampai kita bisa menguasai kesedihan langit yang ditinggal senja pergi.
Bogor, 29 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H