Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menguasai Kesedihan Langit

29 Juni 2017   10:32 Diperbarui: 29 Juni 2017   10:40 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

;muaramu adalah tempat airmu berkumpul.  Rasa asin akan menerimamu dengan suka cita.  Adukan semua rasa itu akan melengkapi kekuatanku untuk meraihmu.

Aku meletakkan cangkirnya di hulu sebuah meriam

Aku akan mencampurnya dengan bubuk mesiu

Menyulutnya dengan seribu kemauanku

Meledakkannya tepat di susunan syaraf hatimu

Ada juga sehelai kertas di antara pecahan yang menancap kuat di jiwamu

;aku merapal janji bersama kedatangan elang.  Tajam cakar dan paruhnya adalah gambaran besar mimpiku.  Untuk membawamu terbang mengelana.  Menjemput awan yang berhamburan di angkasa.  Mengumpulkan lalu menyiraminya dengan hujan dan nyala api.  Sampai kita bisa menguasai kesedihan langit yang ditinggal senja pergi.

Bogor, 29 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun