Aku sedang menggarami tandus. Â Gurun tundra di jantung tanaman kaktus. Â Setelah menempuh perjalanan beribu peluh. Â Bersama sunyi yang mengaku gaduh.
Aku menawan tamak di simpang ke seratus. Â Aku mengawan pasrah di hulu pematang meratus. Â Waktu tanah menggeliatkan lumpur yang luluh. Ketika air mendidihkan jeram yang patuh.
Sebenarnya tidak satupun keringat hilang pupus. Â Masih banyak embun bersedia menggantikan hujan yang berhenti berhembus. Â Mengingatkan bahwa harum Melati sudah berlabuh. Â Kobarkan nyala api semangat yang hampir lumpuh.
Bogor, 25 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H