Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengingat Harum Melati

25 Juni 2017   23:42 Diperbarui: 25 Juni 2017   23:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku sedang menggarami tandus.  Gurun tundra di jantung tanaman kaktus.  Setelah menempuh perjalanan beribu peluh.  Bersama sunyi yang mengaku gaduh.

Aku menawan tamak di simpang ke seratus.  Aku mengawan pasrah di hulu pematang meratus.  Waktu tanah menggeliatkan lumpur yang luluh. Ketika air mendidihkan jeram yang patuh.

Sebenarnya tidak satupun keringat hilang pupus.  Masih banyak embun bersedia menggantikan hujan yang berhenti berhembus.  Mengingatkan bahwa harum Melati sudah berlabuh.  Kobarkan nyala api semangat yang hampir lumpuh.

Bogor, 25 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun