Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Mata

17 Juni 2017   12:01 Diperbarui: 17 Juni 2017   12:06 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Air mata yang tak semestinya ditumpahkan.  Simpan hingga kelak ada kesakitan tak tertanggungkan. Anak-anak malam yang berkeliaran tanpa orang tua yang menjaga. Sedang tertidur di hulu mimpi yang belum jadi.

Air mata yang mestinya ditumpahkan.  Bagi peperangan tak habis-habis.  Anak-anak manusia yang dipasung setan bernama kepentingan.  Sedang bayi-bayinya menangis tak henti karena dentuman mesiu.  Bukan karena kehabisan air susu.

Air mata yang seharusnya dihibahkan.  Untuk daun-daun yang terpaksa mengering muda.  Karena induk pohonnya terjerembab mencium tanah. Sebab hati dan jiwa dimantrai serakah.

Bogor, 17 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun