Suara seruling itu terdengar menyayat hati. Â Mengiris iris perasaan sampai terasa seperti luka yang dituangi oleh cuka. Â Antien sampai harus memegangi kepala dan sekuatnya mencoba menutupi telinga. Â Tiupan pada serulingnya sebenarnya sangat merdu. Â Indah mempesona. Â Tapi karena nada yang dibawakannya adalah nada patah hati yang sedemikian dalam, maka suasana malam pun terasa sekali mencekam.Â
Antien membuka tangannya untuk memastikan suara seruling itu telah benar benar menghilang. Â Dia benar benar tidak tahan. Â Bisa bisa dia pingsan. Â Apalagi dia sedang sendirian sekarang. Â Dita, Wira dan Uda sedang turun ke bawah mencari perbekalan untuk malam ini. Â Antien dengan gayanya yang biasa pemberani, tidak mau ikut. Â Capek dan pengen santai rebahan katanya.
Villa ini sangat terpencil. Â Berada paling ujung di ujung jalan buntu. Â Tidak ada lagi jalan ke atas. Â Hanya hutan pinus dan rimba di sebelah sana. Â Untuk mencapai villa ini pun tadi siang, harus berliku liku melewati jalanan lembah dan bukit yang serasa tak habis habis.
------
Ketiga temannya sudah datang. Â Antien bernafas lega. Â suara seruling malam malam begini sangat mengganggu keberaniannya. Â Antien sengaja tidak bercerita kepada teman temannya. Â Biarlah mereka tahu sendiri nantinya.Â
Keempat sahabat ini asyik bercerita. Â Ini hari libur kuliah. Â Mereka sengaja menyepi bersama sama di sini. Â Keempatnya punya hoby yang sama. Â Suka menulis. Â Mereka aktivis jurnalis kampus. Â Mereka sedang menyatukan inspirasi dan semangat untuk membuat majalah kampus yang digagas untuk bisa terbit dalam waktu dekat.
Sampai tengah malam mereka berbincang dan berdiskusi. Â Merancang penerbitan majalah. Â Tema temanya seperti apa. Â Narasumber yang paling tepat siapa. Dan tentu saja, harus ada sebuah gong cerita yang sangat menarik siapapun untuk membaca.
Bunyi lonceng di villa kecil namun mewah itu berdentang menyapa pukul duabelas malam. Â Suaranya bergema memenuhi lereng tempat villa itu berada. Â Tepat ketika suara seruling itu kemudian meraungkan nada nada beringas tak putus putus. Â Keempat sahabat itu terperangah. Â Suara seruling itu tidak membuat merinding. Â Namun seperti mengajak mereka untuk berdiri lalu berdansa penuh murka.
Mendadak suara seruling itu terputus. Â Antien dan teman temannya masih bergemuruh dadanya karena suara seruling yang pertama. Â Sehingga ketika suara seruling itu seketika berhenti. Â Jantung mereka seolah dibawa melorot hingga ke perut. Nada nada yang dimainkan seruling itu seperti magis yang sedang dimainkan oleh seorang yang sangat bersemangat namun kemudian jatuh dalam putus asa.
------
Keempatnya saling berpandangan. Â Suara seruling itu tidak mungkin suara gaib. Â Mereka mendengarnya bersama sama. Â Atau mungkinkah itu suara setan yang lupa dikandangkan? Â Pikiran pikiran itu bersliweran di kepala mereka.