Berjajar jajar di atas kabel listrik bertegangan tinggi. Â Menyusup dalam voltasenya. Â Menyalakan ribuan lampu jalanan. Bersembunyi di antara silau untuk memata matai manusia yang berkeliaran malam. Â Bisa saja sewaktu waktu memberi hukuman. Â Kepada preman atau perempuan penjaja beha atau lelaki yang membelinya.
Ikut tenggelam dalam serat serat fiber optic telepon. Â Mengikuti suara suara riuh rendah yang berkelebatan. Â Ikut mendengarkan dengan seksama. Â Sebelum akhirnya memutuskan ikut masuk dalam telinga. Â Orang orang yang bergaduh tentang rakyat jelata lalu berlaluan begitu saja di atas jembatan yang hampir putus di dekat sekolah anak anak.
Berenang dengan puas di jaringan maya. Â Sukarela bergabung dengan situs situs perdagangan manusia, situs teroris dan esktrimis yang siap meledakkan kepala siapa saja, situs perjudian yang menganggap miskin adalah kaya. Setelah itu mengendapkan diri dalam server server tempat para pengintip mempermainkan dunia dengan internetnya.
Manusia manusia khayal menciptakan teknologi bukan khayal. Â Membuat kekacauan daripada kerunutan. Â Semua akhirnya bergantung seperti buah kuldi yang enak namun beracun.Â
Jakarta, 26 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H