Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Lahir Batin Prolet; Surga Ada di Bakiak Ibu

25 Mei 2017   21:40 Diperbarui: 25 Mei 2017   23:14 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu tersadar sudah terbaring di rumah sakit.  Dokter bilang tidak apa apa.  Hanya terlalu lelah.  Menganjurkan agar istirahat beberapa hari di rumah sakit untuk memulihkan tenaga setelah mendengar hanya tinggal sendirian di rumah.  Toh BPJS menjamin biayanya.  Dokter cantik yang baik hati ujar si mbok memancing berusaha perhatian Prolet.  Prolet hanya diam saja. 

Perasaannya dipenuhi lagi oleh rasa bersalah yang besar.  Seharusnya kalau dia rutin menelpon si mbok nya, semua ini pasti bisa dicegah.  Paling tidak dia bisa mengontrol si mbok nya sudah makan apa belum, sudah tidur apa belum.  Penyesalan Prolet diakhir dengan rasa syukur yang sepenuh air sumur.  Dia masih punya seorang ibu.

Suara adzan subuh membelah kesunyian rumah sakit. Menggugah jiwa jiwa yang masih tertidur.  Menyirami tubuh tubuh sakit.  Mengelus bangunan tua rumah sakit yang setia menua bersama kotanya.

Si mbok turun dari pembaringan.  Minta Prolet menuntunnya pergi ke mesjid rumah sakit.  Prolet tidak membantah.  Dia tahu tidak ada gunanya.  Sesampainya di mesjid, si mbok mengambil sesuatu dari tas plastik yang minta dibawakan Prolet.  Diambilnya sepasang bakiak kusam. Berwudlu lalu menunanikan sholat Subuh.

Prolet hanya melihat.  Tidak bergerak dari tempatnya.  Takut ada apa apa dengan si mbok nya.  Si mbok nya memberi isyarat agar Prolet segera mengambil wudlu dan sholat subuh berjamaah.  Prolet menurut.  Dilepasnya sepatu.  Matanya terpaku pada bakiak si mbok nya.  Hendak dipakainya untuk berwudlu.  Masih ada tetesan tetesan air sisa wudlu di situ. 

Begitu kakinya menempatkan diri di bakiak si mbok.  Rasa sejuk meresap tanpa bisa dicegah menjalari kaki Prolet.  Mengikuti aliran darah ke jantungnya yang sedang memompa.  Memenuhi dadanya dengan kehangatan kasih seorang ibu.  Melahirkan, menyusui, merawat dan mendidik hingga dia sebesar ini.  Rasa hangat itu terus naik ke tenggorokan Prolet.  Menuju wajahnya yang berdebu.  Berakhir di sepasang matanya.  Air sisa tetesan wudlu di bakiak tadi kemudian mengembun keluar dari matanya yang berkaca kaca. 

Apa sih susahnya menelepon dan berkabar pada si mbok nya. Prolet menatap bakiak itu sambil mengukir sebuah janji.  Aku akan selalu mengabarimu setiap hari mbok.

----

Usai sholat subuh yang membawa hati Prolet ke dalam kesadaran sedalam lagu lagu Chrisye.  Prolet kembali menuntun si mbok nya menuju kamar perawatannya.  Membuka pintu sambil tetap memegang sepasang bakiak utusan malaikat itu.  Menuntun si mbok sambil menunduk.  Si mbok nya terhenti tiba tiba.  Prolet terkaget. Takut si mbok ada apa apa.  Mengangkat muka.  Si mbok sedang menatap ke tempat tidurnya.  Seorang gadis ayu lembut sedang menatap mereka sambil tersenyum ayu.  Prolet terperangah.....Tuan Puteri!

Prolet memandang bakiak di tangannya yang nampak sedang tersenyum mewakili si mbok nya.  Tuan Puteri tersenyum lagi sambil melambaikan sebuah tiket pesawat Jakarta-Solo atas namanya tadi malam dan dua tiket Solo-Jakarta atas namanya dan Prolet lusa siang.

Jakarta, 25 Mei 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun