Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Penari Berkebaya Robek

21 Mei 2017   23:05 Diperbarui: 21 Mei 2017   23:17 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertunjukan dimulai.  Suara gamelan mengalun lembut lalu menghentak hentak.  Melembut lagi.  menghentak lagi.  Beberapa penari muda muncul menarikan tarian mahabarata.  Menggambarkan peperangan baratayudha yang membangkitkan gemuruh peperangan keadilan melawan kebatilan.  Penonton terkesima.  Tarian ini begitu rancak dan membangkitkan semangat.

Menjelang tengah malam, puncak acara pertunjukan akhirnya tiba.  Seorang wanita penari keluar.  Sastri!  Idola kedua setelah Lastri.  Suara riuh penonton tiba tiba berhenti.  Ini tarian mistis yang diiringi oleh gending Lingsir Wengi.  Sastri sepertinya sengaja memilih tari dan gending ini agar tepat dengan suasana tengah malam yang melingkupi. 

Wanita penari itu meliukkan tubuhnya mengikuti irama gamelan.  Begitu gemulai. Begitu sempurna. Dunia seperti sedang berada dalam genggamannya.  Saat dia melemparkan kerling misterius, angin berpusar menuju ke arahnya.  Ketika dia mengayunkan selendangnya ke udara, tak sedikit daun daun di halaman rumah Juragan Minto luruh dari pohonnya.  Waktu dia menggerakkan kaki tangan dan membuatnya seirama, serempak jantung para penonton berhenti berdetak.

Lastri terpana.  Sastri sungguh luar biasa.  Tariannya menciptakan magis yang luar biasa.  Mengapa orang orang selama ini lebih memilih dia dibanding Sastri.  Padahal jelas jelas Lastri jauh lebih memikat dan bernyawa tariannya dibanding dia.  Mendadak Lastri menautkan kedua asli matanya yang indah.  Kebaya itu! kebaya itu adalah kebaya robek yang disimpan sebagai pusaka di rumahnya!  Terlihat jelas robekan itu di bagian dada.  Persis miliknya!

----

Mendekati puncak tarian, suasana semakin miris.  Tanpa disadari oleh siapapun.  Gending Lingsir Wengi yang ditembangkan oleh Sastri sambil menari, menyedot jiwa orang orang.  Semua orang hanya merasakan merinding tidak berkesudahan.  Lastri sendiri harus menutup telinganya agar tidak terbawa hawa yang mengerikan ini. 

Lastri menyaksikan betapa orang orang yang tidak kuat batinnya berdiri dan menari mengikuti Sastri.  Hanya beberapa orang masih kuat duduk, namun menutupi telinga mereka sekuatnya.  Orang orang yang terpengaruh tarian dan gending itu berjalan lambat menuju panggung.  Mata mereka kosong. Gerak tubuhnya kaku kaku seperti mayat hidup. Tangan mereka terentang di depan tubuh membentuk cakar.  Menakutkan!  Lastri bergidik.

Puluhan orang bermata kosong menaiki panggung.  Melewati Sastri yang masih menari dan menembangkan gending Lingsir Wengi berulang ulang.  Puluhan tubuh kaku itu langsung menuju ke belakang panggung dimana pelaminan berada.  Puluhan cakar cakar mengancam itu mengarah ke leher Juragan Minto dan beberapa pengawal raksasanya yang pucat pasi ketakutan.

Mereka seperti terhipnotis oleh tarian.  Tidak ada satupun yang bisa melawan puluhan mata kosong, tubuh kaku dan cakar cakar itu.  menyerahkan leher mereka seperti ayam tak berdaya.  Menggelepar sekarat tercekik nafasnya.  Taria dan gending semakin meninggi.  Melengking menaiki udara.  Diakhiri dengan suara cekikikan Sastri yang wajahnya menunduk memandang kegelapan malam.

Tarian, gending dan suara cekikikan berakhir saat Juragan Minto dan para pengawalnya tergeletak dengan mata membeliak dan lidah terjulur.  Mati mengenaskan! Mata mata kosong, tubuh tubuh kaku, dan cakar cakar para penonton yang terpengaruh tadi, kembali tersadar.  Saling pandang tanpa tahu apa yang terjadi.

Lastri benar benar merinding.  Namun sangat bersyukur dirinya ternyata tidak menjadi korban kejadian mistis dan mengerikan itu.  Menatap mayat mayat bergelimpangan orang orang yang hendak menganiaya kehormatannya.  Lalu menoleh ke arah panggung untuk berterimakasih kepada Sastri.  Menerima tatapan kasih dan senyuman Marni di sana....

Medan, 21 Mei 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun