Salim menendang batu kerikil di depannya sekuatnya. Kesal! Sebal! Ujian hari terakhir ini sangat menyebalkan. Dia sudah belajar semalaman berlatih soal yang katanya ‘bocoran’, ternyata yang keluar di ujian bukan itu. Huh!
Ini semua gara gara Wanda. Cewek itu membuat hidupnya berantakan. Belum pernah seumur umur dia tidak bisa mengerjakan soal ujian. Dia sama sekali tidak mempunyai kesempatan belajar sejak kenal cewek itu. Hidupnya seperti berubah menjadi tempayan. Berfungsi sebagai wadah barang apa saja tanpa bisa protes atau menolak. Dia sedang jatuh cinta. Wanda memuntir muntir hati dan kesehariannya dengan hal hal indah yang tak dia duga.
----
Cewek itu mengejarnya. Bertubi tubi. Lewat medsos, email, telepon, bahkan surat pos! Gila, Salim kadang kadang tak habis pikir. Awalnya dia pikir ini cewek adalah cewek panggilan. Tahu dia adalah anak seorang pengusaha kaya raya. Sekolah di sekolah internasional. Tampang tampan menawan. Populer. Cewek ini pasti mengejarnya untuk memorotinya.
Tapi lama kelamaan Salim menyadari, cewek itu malah yang sering mengiriminya hadiah mahal mahal. Mengirimkan puisi puisi romantis. Berkata lembut dan mendayu dayu di telepon. Salim terjatuh tidak lama kemudian. Di kedalaman ngarai pemujaan.
----
Salim lahir dan besar di keluarga yang sangat mapan. Ayahnya, Chandra, dihormati karena kekayaan dan kedermawanannya. Ibunya, Amara, adalah seorang sosialita yang charming. Dia dan kedua adiknya tumbuh dalam kenyamanan. Menjadi juara hampir dalam segala hal. Keluarga ideal.
Ada satu hal yang selalu menjadi pertanyaan Salim. Dia tahu persis seperti apa keluarga besarnya dari pihak mama. Tapi sama sekali nol untuk pengetahuan tentang keluarga papanya. Mamanya berasal dari keluarga menak,terpandang dan kaya tujuh turunan.
Papanya adalah misteri. Entah berasal darimana. Keluarganya siapa. Tidak diketahui dan tidak pernah diceritakan. Salim hanya pernah mendengar mamanya berkisah, papanya bekerja di perusahaan kakeknya. Pekerja keras yang jujur dan pintar. Menjatuhkan hati mamanya. Menjatuhkan hati kakeknya. Lantas berkarier pesat dan menggantikan kakeknya sebagai direktur utama setahun setelah menikahinya mamanya.
----
Wanda mengajaknya bertemu di suatu cafe setelah hari ujian yang menjengkelkan itu. Salim menurut saja. Setidaknya dia bisa bilang ke Wanda agar mengurangi intensitas pertemuan dan komunikasi mereka yang jika dikalkulasi bisa menghabiskan 15 jam dari 24 jam yang tersedia setiap harinya. Dia tidak mau prestasinya melorot. Papanya selalu berpesan ingin anak anaknya menjalani hidup dengan mulus. Tidak seperti dirinya. Pesan yang membuat Salim semakin penasaran. Apakah hidup papanya di waktu muda penuh guncangan dan sandungan.
Mereka bertemu di cafe. Berbicara seperti biasa. Wanda romantis seperti biasa. Salim terjatuh dalam pemujaan seperti biasa.
Hanya saja Wanda kali ini menambahkan percakapan berat di ujung pertemuan. Bercerita panjang lebar tentang keluarganya. Ayahnya adalah pengusaha terkenal di ibukota. Terjebak dalam sebuah kasus terkenal. Membuatnya masuk penjara hampir sepanjang sisa umurnya. Ibunya adalah seorang wanita luar biasa penyayang yang sangat mengasihinya kemudian pergi meninggalkannya dengan tragis bersama segelas anggur dan sepercik sianida saat Wanda naik kelas 5 sekolah dasar.
Wanda dibesarkan oleh kakeknya. Orang kaya lama. Tumbuh menjadi gadis frustasi yang mencari cari bahagia dengan caranya sendiri. Suatu ketika pernah bertanya kepada kakeknya, apa yang menjadi penyebab ibunya bunuh diri. Kakeknya hanya mendengus pendek,”gara gara lelaki brengsek sedunia!”
Wanda mengira itu pasti ayahnya. Pengusaha playboy. Suka main perempuan. Usahanya jatuh karena kasus memalukan. Wanda sudah punya kesimpulan sendiri. Tidak mendesak kakeknya lebih jauh. Lagipula dia sedang antusias membaca buku diary ibunya yang belum selesai dibacanya.
Salim mendengarkan dengan patuh dan simpatik. Kasihan Wanda. Di akhir kencan, Wanda meminta bolehkah dia dibawa menemui keluarga Salim. Ingin berkenalan katanya. Keluarga Salim adalah favoritnya tentang definisi bahagia. Salim patuh dan tidak keberatan.
----
Malam minggu, Salim bersiap siap dengan pakaian terbaiknya. Dia sudah memberitahu dan memohon kepada papa dan mamanya bahwa ada teman dekat yang akan berkunjung. Memberikan latar belakang tentang bahagia yang sedang dicari oleh seorang gadis patah asa.
Papa dan mamanya mengangguk mengiyakan. Merasa simpati terhadap nasib gadis itu. berusaha menyenangkan Salim. Putera kebanggaan mereka.
Wanda datang dengan anggun. Cantik, lembut dan menawan. Membawa bingkisan kecil. Coklat dari Belgia. Kakeknya baru datang dari sana. Salim menggandeng tangannya memasuki ruang makan dimana papa dan mama dan adik adiknya sudah menunggu.
Wanda memperkenalkan diri dengan sopan. Salim memperhatikan. Mama dan adik adiknya sangat menyukai Wanda. Papanya juga. Hanya satu kilatan waktu yang tertangkap Salim ketika papanya pertama kali menyambut uluran tangan Wanda. Terpana seperti melihat hantu yang dikenalnya. Setelahnya tidak ada perubahan apa apa. Salim memutuskan tidak ada apa apa.
----
Salim dan keluarganya menjamu Wanda. Makan malam yang lezat itu diisi dengan perbicangan yang juga lezat. Wanda betul betul pintar mengambil hati keluarga Salim. Suara ketawa tidak henti henti bergaung di ruang makan mewah itu. Salim lega. ikut bahagia ketika berkali kali melihat Wanda tersenyum bahagia.
Makan malam ditutup dengan menonton bersama di bioskop mini ruang keluarga. Semua sepakat menonton sebuah film thriller yang sedang hit, Revenge on Saturday Night.
Semuanya terhanyut menonton film yang menegangkan itu. Wanda membuka bingkisan yang dibawanya. Semua menikmati suasana dan berterimakasih kepada Wanda atas coklat yang begitu lumer dari Belgia. Wanda tersenyum bahagia. Salim ikut tersenyum bahagia melihat Wanda begitu segarnya menemukan rasa bahagia.
----
Setengah jam kemudian. Chandra, Amara, Salim dan adik adiknya mulai merosot dari kursinya dengan mata membeliak. Dari sudut sudut mulut mereka keluar busa putih. Tubuh mereka kejang kejang seperti terkena aliran listrik ribuan volt. Di tangan mereka masih memegang coklat dari Belgia yang kedua. Berisi sianida.
Wanda tersenyum sangat bahagia. Membuka tas. Mengeluarkan sebuah buku diary berwarna biru. Berdiri dan membaca. Matanya berbinar binar luar biasa bahagia.
“.....Ibu tidak tahu apa yang harus ibu lakukan lagi Wanda. Ibu kasihan melihat ayahmu menjadi demikian frustasi, bahkan masuk penjara. Menjalani hidup bersama kita setelah tahu apa yang terjadi. Ibu juga tidak tahan hidup terus menerus dalam bayang bayang pemerkosa ibu melalui kedua matamu yang sama dengannya. Seorang kolega bisnis yang gelap mata setelah batal mendapatkan proyek dari kakekmu. Mejadikan ibu korban dari balas dendamnya....namanya Chandra”
----
Jakarta, 21 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H