Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seperempat Cinta untuk Jakarta

3 April 2017   18:54 Diperbarui: 4 April 2017   15:32 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperempat Cinta Untuk Jakarta

Seperempat saja untuk Jakarta.  Rasa cinta dari para penduduknya.  Kota ini adalah kuburan yang seram.  Bagi jiwa jiwa bukan petualang.

Jakarta bisa disebut sebagai kubangan tempat jutaan lelah terhumbalang.  Kota ini adalah algojo yang disiapkan oleh Tuhan dengan cambuk cambuk berduri.  Tajam sisi sisinya adalah semua belati yang diasah dengan menggunakan lelehan bisa.  Sangat beracun.  Sangat berbahaya.  Bisa melemparkan sauh yang bernama malapetaka.

Seperti saat ini.  Mendung hitam sedang berpawai memamerkan kuasanya yang cukup ngeri.  Sementara hari sudah akan mulai berkabung.  Hitam dan gelap layaknya sedang terjadi upacara pemakaman.  Bagi rintih memilukan yang terdengar di pinggiran kali.  Ketika lumpur berair mulai memanjat naik ke tepian.  Bersiap melakukan pawai menyaingi awan. 

Hujan yang menghamburkan deras dan gerimis sejak tadi.  Belum juga mau berhenti.  Tubuh tubuh kecilnya berkali kali menyentuh bumi.  Memberikan basah yang membelasah tanah. Terpental kembali saat menerpa beton dan aspal kelam.  Terpecah belah menjadi bagian sangat kecil, memberikan isyarat harapannya yang juga makin mengecil.  

Hujan ini bukan hujan dinihari.  Saat dimana mimpi bisa melupakan dahsyatnya hari.

Seperempat cinta untuk Jakarta.  Kembali terkurangi setengahnya.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun