Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dinihari Pukul Dua

31 Maret 2017   19:26 Diperbarui: 1 April 2017   06:36 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Belum banyak yang aku lakukan untuk membuat orang lain tersenyum. Pada bahagia. Belum banyak yang aku sampaikan membuat orang lain tertawa lepas. Pada bahagia. Semua masih dalam keliman ragu. Semua bahkan belum melewati angka tujuh. Itu kiraku.

Sekarang aku harus teringat apa lagi? Agar aku melengkapi dinihariku yang dipenuhi misteri ini? Aku tak bisa memilih. Itu bukan hakku.  Itu bukan nalarku. Itu adalah hak seutuhnya hatiku.

Tiba-tiba aku teringat betapa alam sekarang menggerung-gerung bertangisan. Wajahnya berduka hebat. Tubuhnya terluka berat. Disana sini, sungai-sungaimu menangiskan besi, laut-lautmu cacat karena tumpahan minyak, gunung-gunungmu terbungkuk menahan tua yang belum waktunya, tanah-tanahmu berkubang menganga berkolam-kolam.  Lebih parah lagi, isi perutmu diaduk-aduk tanpa rasa kasihan, mencari berbutir pasir dan batu muliamu.

Ah kembali aku teringat kamu.

Kau menguasaiku begitu dalam. Ini terasa sampai di kedalaman tulang. Nyeri, adalah kalimat yang tepat. Ketika aku teringat. Pedih, adalah kata berjampi. Ketika aku tersengat. Tapi cinta...kau tuangkan berdanau-danau semangat. Tanpa putus. Tak pernah pupus. Dan sayang...kau melantai berdansa denganku, dengan gerakan gerakan seirama tibanya fajar. Pertanda bahwa tak ada kebodohan yang terulang, kesombongan yang mengada-ada, atau kata terlambat untuk berawal lagi.

Kegelapan lalu berduyun-duyun menghujani mataku. Setelah aku menyelesaikan misteri dinihariku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun