Mohon tunggu...
Miltu Takin
Miltu Takin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Travel & Chill

Pengelana Kehidupan dan Berbagi Kisah

Selanjutnya

Tutup

Money

Menghidupkan Ketahanan Pangan Indonesia dengan Memperhatikan Kesejahteraan Petani

9 November 2021   14:45 Diperbarui: 9 November 2021   15:15 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pexels.com

Indonesia dahulu kala dikenal dengan negeri yang agraris. Dengan kata lain merupakan negara subur dan menghasilkan pangan secara mandiri, serta masyarakatnya banyak menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian.

Namun kini, gelar negeri agraris itu seakan semakin memudar. Apalagi, berkaca pada pertumbuhan sektor pertanian selama masa pandemi Covid-19 yang semakin berjarak dengan kesejahteraan. 

Memang, data memaparkan bahwa pertanian mampu tumbuh sebesar 16,4 persen di tengan pandemi. Akan tetapi, dampak pertumbuhan itu tidak dirasakan oleh petani. Justru, mereka mengalami kerugian, apalagi dengan penerapan PPKM yang menyulitkan mobilitas dan membuat hasil pangan rusak sebelum terjual. Harga hasil bumi pun anjlok.

Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) per Juli 2021 NTPH 101,45, sementara itu ada penurunan tercatat di Agustus sebesar 100,01 dan menjadi 98,65 di September. NTPH pun menjadi lebih tinggi dibanding pendapatan petani, yaitu di bawah 100.

Padahal, seperti seluruh lapisan masyarakat lainnya, petani membutuhkan kesejahteraan yang terjamin. Terlebih, jika mereka dijadikan tulang punggung kemandirian pangan bangsa. Utamanya bagi petani miskin yang baru bisa merasakan "perut kenyang" saat masa panen tiba.

Sejauh ini, pemerintah memang telah menyiapkan berbagai program untuk terus mendorong Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat. Namun, sepatutnya sebelum itu dilakukan, yang didorong adalah kesejahteraan petani.

Indonesia memiliki Badan Pangan Nasional untuk menangani berbagai permasalahan di sektor pangan. Lalu, bagaimana dengan urusan perut petani? Bagaimana pun, petani adalah profesi yang menjadi ujung tombak pangan negara.

Sebelum panen sawah atau kebun terjadi, ada perjuangan dan dedikasi petani di baliknya. Proses panjang hingga sampai ke masa panen membutuhkan perjuangan, deras keringat, kesabaran, pengetahuan, dan tentunya kerja keras para petani. Jasa mereka lah yang harus diingat ketika bahan pangan bisa sampai ke produsen kemudian pada masyarakat luas.

Tanpa petani, panen tidak akan terjadi dan ketahanan pangan pun tak akan tercipta. Di sini lah seharusnya timbul kesadaran pemerintah untuk lebih memperhatikan kesejahteraan petani. Masalahnya, kesejahteraan merupakan upaya utama agar seseorang dapat bekerja lebih baik. Tanpa jaminan kesejahteraan, maka seorang petani pun akan berpindah profesi, mencari yang lebih baik. 

Salah satu perhatian besar bagi para petani datang dari Ketua DPR Puan Maharani. Pada Seventh Group of 20 (G20) Parliamentary Speakers' Summit (P20) di Italia, Puan menyatakan bahwa menjaga kesejahteraan petani ialah kebijakan krusian yang harus diambil jika ingin membentuk ketahanan pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun