" Sudahlah...Masa laluku disakiti, dicerca, dihina waktu di rumah kakak ipar... Akhirnya dengan bersungguh-sungguh meraih mimpi ingin membuktikan bahwa aku juga bisa mempunyai kemampuan finansial yang bisa mengajak aku bahagia. Tadinya aku menutup pintu urusan ini.... Entah kecolongan kali ini. Menikah pun aku minta pilihkan dengan saudara-saudaraku....Lama aku merawat tumbuhnya rasa kasih sayang denganya.... Sampai sekarang."
"Yeaah .. berarti hampa.....dong."
"Itu mah ....laguku...."
"Katanya sangat sayang......"
"Aku tak mengenal istilah pacaran. Semua kawan-kawanku kuanggap kawan... Waktu itu ada 5 orang  bareng hendak niat melamar. Jadi aku yg bingung... Kuserahkan urusan  itu dengan Allah dan saudara-saudaraku... Pilihan jatuh dengannya. Ia yang sekarang ini menemaniku dalam suka maupun duka. Inilah yg terbaik. Dan dengan  liku-liku kehidupan..... Aku bahagia bersamanya... Meski kami  berbeda.
"Kalau waktu itu Roy..masuk dan datang.....sepertinya juga akan tereliminasi ..." dia sambil mengirimkan fotoku yang sedang tersenyum lepas. Entah darimana ia memperolehnya. Sepertinya aku sedang satu frekuensi dengannya.
"Sudahlah...aku tak bisa dimiliki, karena aku milik orang lain....kaupun demikian..." aku membalas pesannya.
Sadar diri akan hal yang telah terjadi membuat kami saling mengingatkan jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Aku hanya bisa memandangi senyumnya, namun tak bisa kumiliki sampai kapanpun." Aku menambahkan pesanku.
"Aku tahu itu...." Jawabnya singkat
"Senyumlah kawan... Aku bahagia jika kamu bahagia."