Tulisan ini merupakan jurnal refleksi mingguan CGP saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Minggu ini memasuki minggu keenambelas. Pada kesempatan kali ini jurnal refleksi akan menggunakan model 4F, yaitu:
Model 4F:
- Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? Pendidikan Guru Penggerak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan - Maret 2021
- Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut.
- Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
- Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?
Alhamdulillah perjalanan pendidikan guru penggerak angkatan 4 telah memasuki minggu ke enambelas. Refleksi ini merupakan refleksi ke-16 yang akan mengungkap pengalaman belajar selama minggu ini. Saya Milma Yasmi peserta CGP dari Kabupaten Seluma, mengalami sesuatu yang luar biasa. Saya memperoleh banyak ilmu baru yang saling terkoneksi dengan ilmu yang saya peroleh di masa sebelumnya.Â
Kegiatan ini melengkapi kekurangan-kekurangan dalam diri saya sendiri. Bekal menjadi guru, terus-menerus diperbaharui agar melejitkan potensi diri menjadi lebih berkualitas. Mengikuti setiap sesi dari pendidikan guru penggerak menjadikan kami termotivasi untuk terus bangkit. Kami akan mengikuti arahan yang diberikan modul 2.3, baik dari fasilitator, instruktur, pendamping praktik, maupun rekan sesama CGP dan rekan sejawat.
Bersyukur dapat tergabung di komunitas guru penggerak. Kami mendapat ilmu tentang filosofi pemikiran KHD untuk pendidikan yang dikaitkan dengan pembelajaran berdiferensiasi, sosial emosional, dan coaching pada dunia pendidikan. Â
Minggu ini tepat hari senin tanggal 4 April 2022 kegiatan kami masuk pada fase koneksi antar materi, dilanjutkan hari selasa tanggal 5 April 22, merancang aksi nyata, hari Rabu tanggal 6 April 2022 kami mengikuti rangkaian post test modul 2.2, hari ini juga merupakan tenggat waktu pengumpulan tugas ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual, hari kamis tanggal 7 April 2022 merupakan awal memasuki modul 3, yang diawali dengan pre test dan mulai dari diri, hari jum'at tanggal 8 April 2022, mengerjakan eksplorasi konsep secara mandiri, hingga sabtu ini tanggal 9 April 2022 membuat jurnal refleksi.
Koneksi antar materi yang dikaitkan dengan modul sebelumnya, menambah pemahaman kami tentang modul 2.3. Semakin kami merasakan pentingnya mendeferensiasi pembelajaran, menguasai penerapan pembelajaran sosial emosional, serta memiliki kemampuan sebagai coach di dalam dunia pendidikan.
KHD sangat anti dngan faham tabularasa. Kodrat alam maupun kodrat zaman sangat penting ditekankan oleh beliau. Guru berperan menuntun anak dalam proses mengembangkan bakat terpendam yang sudah di bawa sejak lahir. Â Peran guru sebagai fasilitator, dengan kata lain dikenal dengan istilah sistem among. Anak dididik sesuai zamannya. Guru harus terus mengikuti perkembangan zaman, terus belajar agar bisa diterima siswa di zamannya. Pendidikan itu tidak boleh statis, haruslah dinamis.
Selanjutnya, pendidikan itu sejatinya memuliakan anak. Hal ini akan menjadi wasilah lahir generasi yang bahagia dan bijaksana. Kualitas generasi mendatang dapat digambarkan dengan profil pelajar pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada TYME dan berkahlak mulia, mandiri, gotong-royong, bernalar kritis, kreatif, serta berkebinekaan global.
Aksi nyata tentang pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional berdampak pada motivasi belajar murid di kelas. Ruang kelas menjadi aktif, tugaspun dapat diselesaikan tepat waktu tanpa tekanan maupun stress. Lebih keren lagi mereka mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan perasaan gembira.
Pengalaman menerapkan aksi nyata ini akan menambah bekal kami agar lebih percaya diri mengelola kelas untuk berlatih menjadi pemimpin pembelajaran. Serta memanusiakan manusia.Â