Mungkin ini jawabannya, Sepertinya keterampilan menulis tidak bisa dikelompokkan sebagai sebuah konsep atau tahapan yang dianggap sudah bisa, dan belum bisa. Tidak ada aturan baku yang menyatakan kriteria, yang dianggap sudah bisa menulis. Semua orang bisa menulis, yang penting kemauan untuk memulainya. Tidak ada batasannya.
Selain itu, ketika kita ingin mengembangkan kemampuan dalam menulis, harus punya strategi. Setiap orang mungkin punya strategi berbeda ketika ingin mengembangkan kemampuan menulisnya. Walaupun bukanlah strategi yang kompleks, bisa sangat sederhana, dan terkadang tidak dilakukan dengan terlalu konsisten.
Sebagai tambahan lagi, ketika kita menulis, kita akan menghasilkan sebuah output atau hasil karya, yang bisa dilihat dan dan memungkinkan kita menilai dan menimbang-nimbang hasil karya kita ini. Mungkin hal-hal inilah yang membuat menulis terasa lebih kompleks.
Nah, dilain pihak, naik sepeda, memiliki tahapan dan kriteria yang jelas dalam peningkatan skillnya. Tahap paling dasar adalah ketika kita lolos tahap satu, dimana kita mampu mengendarai sepeda roda dua. Mampu mengatur keseimbangan, mengatur kecepatan, dan memiliki feeling agar bisa tetap melaju tanpa kehilangan keseimbangan. Pada tahap inilah kita terlihat sebagai orang yang telah bisa naik sepeda. Rupanya skill tahap satu inilah yang sering disebut-sebut sebagai sesuatu hal yang tidak pernah bisa hilang.
Walaupun begitu, sebenarnya perjalanan pengembangan skill bersepeda, masih sangat panjang. Sampai ke tingkatan sangat sulit dan membutuhkan kemahiran tinggi. Seperti misalnya downhill mountain biking, balap sepeda atau BMX freestyle. Mungkin panjangnya area capaian untuk skill development (skill acquisition time) lebih panjang dari menulis.
Dengan karakter berbeda ini, kita jadi punya sudut pandang yang berbeda pula ketika membandingkan kedua skill atau keterampilan ini.
Namun begitu, yang membuat saya cukup senang malam ini, adalah ketika saya merasa, bahwa ternyata menulis bisa dibilang mirip-mirip dengan naik sepeda. Walaupun telah rehat sejenak ternyata belum lupa caranya. Saya senang bisa menulis lagi, walaupun perjalanan rasanya masih panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H