Walaupun sering menulis tentang bagaimana metode yang efektif untuk mendapatkan ide, namun ternyata masih belum menemui kesimpulan akhir. Masih saja ada hal baru yang saya alami, dan hasilnya adalah munculnya kesimpulan baru lagi, yang mengugurkan kesimpulan lama.
Selama ini saya merasa bahwa berjalan kaki adalah satu metode yang efektif untuk memunculkan ide tulisan. Jalan kaki bisa untuk tujuan apa saja, olahraga atau memang untuk suatu keperluan. Ketika berjalan kaki dan pikiran kita mengembara dari sata hal ke hal lain, melihat suasana sekitar, maka biasanya tiba-tiba akan muncul berbagai ide, yang bisa diolah untuk menjadi suatu tulisan.
Untuk alasan ini, saya mulai rutin berjalan kaki, pagi atau malam hari disekitar lingkungan rumah. Entah kenapa, belakangan ini, agak jarang muncul ide, yang bisa dilanjutkan menjadi tulisan. Sulit dapat ide bagus. Yang dimaksud dengan ide bagus adalah ketika ide ini bisa berlanjut menjadi tulisan. Atau bisa juga dipecah dan masing-masing dikembangkan atau dipecah lagi, jadi banyak ide tulisan.
Akhir-akhir ini, kegiatan berjalan kaki terasa agak monoton. Kering ide, kering lintasan pemikiran. Lumayan lama juga sudah kondisi ini terjadi, mungkin sudah satu bulan terakhir.
Dalam satu kesempatan, ketika sedang berjalan kaki keluar masuk kampung, saya tersadar, kenapa kok saya sibuk sekali berpikir terus menerus tanpa henti, sembari berjalan. Kegiatan yang biasanya dilakukan dengan santai, sambil lihat kiri kanan dan membiarkan pikran lepas, agak terlupakan. Ternyata saya sibuk berpikir. Ini rupanya biang keladinya, mentoknya produksi ide.
Saya coba ganti strategi, saya ingat-ingat lagi apa yang dulu sering saya lakukan ketika berjalan kaki.
Saya mulai melihat lingkungan sekitar dan melakukan pengamatan. Amati terus, orang bersama anak kecil, pak satpam lagi jajan, anak kecil main basket 3 on 3. Agak sulit juga bertahan untuk lakukan pengamatan. Saya jadi terpikir, kok untuk mengamati saja saya sudah lupa bagaimana caranya. Kelihatannya sudah cukup lama saya melupakan hal ini.
Rupanya tanpa sadar, kegiatan berjalan kaki saya dilakuan untuk melihat-lihat lingkungan , pemandangan dan kegiatan orang-orang, pelan-pelan bergeser menjadi kegiatan berjalan kaki sambil berpikir keras. Terus berpikir macam-macam hal, mungkin bisa disebut sebagai overthinking. Alih-alih memunculkan ide, malah menutup pintu idea.
Hampir tidak ada yang terbawa pulang. Catatan saya nyaris kosong. Ketika mengupdate daftar ide saya. Kalaupun ada, hanya ide ide yang terlalu maksa.
Ternyata harus belajar lagi untuk bisa melakukan observasi. Terus berusaha keras untuk mulai mengamati, lihat denan cemat, tidak buru-buru pindah fokus, saya mulai merasa agak nyaman. Sepertinya saya mulai dapat kembali trik yang terlupakan ini. Jangan lupa amati denga tenang, mendalam. Dengan membiarkan otak kita bekerja sepeti ini, makan ide jadi lebih banyak yang mampir.
Ternyata melakukan observasi lah yang memicu munculnya ide. Saya memiliki analisa sederhana tentang ini. Dengan melakukan pengamatan, maka otak kita akan terkondisikan untuk melakukan pengembangan, dan memikirkan berbagai alternatif kemungkin lanjutan dan hasil yang diperoleh dari pengamatan ini. Nah sebenarnyanya, mencoba meramalkan alternatif arah atau berbagai kemungkinan inilah sebnarnya proses memunculkan idea. Berbagai kemungkinan terpikir oleh kita, berbagai pintu dan jendela kita coba buka dikepala. Inilah sumber idea. Proses inilah yang bisa kita sebut sebagi proses kreatif.
Mungkin ya, ini baru kemungkinan, apabila kita terlewat melakukan observasi, dan sibuk mikir, maka proses perekaan kemungkinan ini tidak terjadi. Karena otak kita begitu sibuk menghubung-hubungkan berbagai data, fakta yang telah ada di kepala kita. Sambung menyambungkan ini itu, malah membuat tak terpikir idea baru.
Sementara ini, mungkin ini yang bisa dijadikan kesimpulan. Mungkin juga bersifat sementara. Rasanya tidak menjadi soal, sebab tentunya yang lebih penting adalah keinginan untuk terus mencari, mencoba dan menggali lebih dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H