Mohon tunggu...
Millian Ikhsan
Millian Ikhsan Mohon Tunggu... Konsultan - Advisor

Belajar menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Membangun Disiplin

8 Juli 2024   19:51 Diperbarui: 8 Juli 2024   20:35 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture from entrepreneur.com

Yang pernah saya baca, ada banyak cara untuk membangun rasa disiplin. Membangun disiplin banyak kaitannya dengan tujuan yang ingin kita capai. Mungkin bisa disimpulkan, untuk mencapai suatu tujuan, terutama tujuan yang besar dan sulit, untuk mencapainya dibutuhkan usaha yang lebih keras. Butuh disiplin agar usaha keras ini bisa terus dilakukan, tanpa henti, sampai tercapainya tujuan tersebut. Demikian logikanya.

Tapi apakah, disiplin selalu dikaitkan dengan sebuah tujuan? Mungkinkah kita melatih kedisipilinan agar mampu menjawab berbagai tantangan yang akan datang dimasa depan? Dimana bisa saja berbagai situasi masa depan ini belum dapat kita definisikan saat ini. Kalau memang situasinya seperti ini, maka bagaimana cara melatih diri memiliki kedisiplinan?

Saya merasa teori yang paling bisa dijadikan acuan dalam hal ini adalah sebuah pemikiran yang berpendapat bahwa salah satu cara meningkatkan kedisiplinan kita adalah dengan mencoba menambah beban atau tekanan dalam hidup kita secara bertahap. Menarik juga sepertinya pemikiran ini. Karena, konon katanya, disiplin dibutuhkan agar kita bisa terus bertahan dalam situasi sulit dan penuh tekanan. Terus bertahan, berusaha tanpa malas, dan tidak menyerah.

Sebenarnya apa itu kedisiplinan? Mungkin sederhananya, disiplin adalah keinginan dan komitmen untuk melakukan sesuatu walaupun itu berat. Sesuatu yang berat ini dilakukan untuk suatu tujuan. Misalnya menjadi yang terbaik. Mencapai suatu tujuan penting. Meningkatkan kemampuan, dan sudah tentu, tujuan ini, adalah sesuatu yang yang tidak mudah. Inilah yang membuat disiplin ini juga berat untuk dilakukan.

Apa saja yang harus dilawan, ketika ingin ciptakan kedisiplinan. Tentunya rasa malas, yang akan menjadi alasan utama untuk berhenti dan tidak melanjutkan usaha pencapaian tujuan.

Teori yang saya baca mengatakan, ketika ingin melatih disiplin, jangan jalani kehidupan yang ringan. Tambahkan tekanan sedikit demi sedikit dalam keseharian. Tidak perlu berpikir panjang untuk memulainya? Mencari aktivitas apa yang bisa menambah tekanan dalam keseharin kita, mestinya tidaklah terlalu sulit, karena tantangannya memang bagaiman kita bisa bertahan dalam menghadapi tekanan- tekanan tersebut.

Setiap pagi, coba saja bangun lebih awal 30 menit dari kebiasaan. Ini sudah tekanan. Masih merasa kurang, lakukan rutinitas yang sebelumnya tidak pernah terpikir. Kebiasaan sebelumnya begitu bangun duduk melamun, sambil minum kopi, sambil mengecek berbagai social media yang dimiliki, tanpa terasa, berlalu sudah waktu selama 1,5 jam.

Berilah tekanan untuk kebiasaan ini. Tidak pakai acara melamun, begitu bangun, langsung bagkit dari tempat tidur, lalu cuci muka, mulai bersihkan kamar. Sapu halaman, siram tanaman, mencuci kendaraan, jalan kaki 30 menit dan kembali kerumah untuk minum kopi.

Apa yang terjadi apabila tambahan aktivitas atau lebih tepatnya mengganti kebiasaan lama dengan kebiasan baru di pagi hari ini, dilakukan terus menerus selama dua bulan. Seperti apa persisnya apa yang akan kita alami, tentu masing-masing kita berbeda-beda. Namun, pasti ada sebuah pelajaran yang kita dapatkan. Lebih dramatis lagi bisa saja kita akan mengalami sebuah perjalanan spiritual yang bermakna bagi kehidupan. Apapun itu, tentu merupakan hasil yang posistif

Ada kemungkinan, setelah melakukan rutinitas pagi yang baru ini selama sebut saja 1 bulan, maka hal ini tidak lagi terasa berat. Semuanya seperti biasa-biasa saja. Selanjutnya, bisa jadi kita mengalami yang disebut sebagai winning experience. Sebuah perasaan senang yang muncul karena kita berhasil menaklukkan sesuatu dengan susah payah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun