Anak kedua saya, saat ini sedang dalam masa persiapan untuk melaksanakan ujian SNPMB (Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru), untuk bisa diterima di universitas negeri.
Setelah kesuksesan kakaknya, anak sulung saya, diterima di PTN favorit dan jurusan favorit, maka otomatis beban bagi si bungsu menjadi lebih besar. Beban berat inilah yang membuat situasi batin si anak dan orang tua, menjadi lebih rumit.
Beban menjadi lebih berat, karena banyak persoalan menumpuk diatasnya. Bagaimana kalau kondisi saat ini sudah berbeda dengan dua tahun lalu? Apakah saya bisa masuk ke jurusan favorit yang peminatnya semakin banyak? dan berbagai pemikiran tentang kegagalan lain.
Untuk melakukan persiapan lebih intensif, anak saya ini bergabung dalam sebuah lembaga bimbingan test, untuk memperbesar peluang. Karena itu, tahap akahir pelajaran di SMA dan kegiatan bimbingan test ini menjadi perhatian besar sekeluarga.
Salah satu kegiatan penting di bimbingan test ini adalah kegiatan tryout (TO). Tryout adalah simulasi ujian yang sesungguhnya dilakukan setiap minggu, dan dilakukan sedemikian rupa semirip mungkin dengan ujian sebenarnya.
Hal ini bertujuan agar si anak selain bisa menguji kemampuannya dalam pengerjaan ujian, juga berlatih hal-hal lain yang juga penting. Misalnya bagaimana membagi waktu, bagaimana tetap fokus selama 3 jam lebih, menyimpan tenaga, melatih diri untuk tidak buang air kecil selama waktu ujian, dan banyak trik-trik lain.
Jangan lupa, tryout ini awalnya dilakukan sebulan sekali, semakin dekat ke tanggal ujian, intervalnya semakin sering, sampai puncaknya tryout dilakukan setiap minggu.
Setelah melakukan tryout, biasanya dalam satu atau dua hari, maka, hasil tryout akan diumumkan. Tentu saja hasil ini langsung dipelototi bersama, dibanding-bandingkan ke atas ke bawah, ke kiri kekanan. Dipandang dengan keraguan, mulai tidak percaya dengan apa yang dilihat, tetapi biasanya akan dimaklumi, dan berpikir positif.
Memang, kadang hasilnya mengecewakan, kadang menggembiarakan. Hasil ini bersama-sama kami evaluasi, dipaparkan dalam sebuah
table sederhana, dibandingkan, dianalisa dan mencoba membuat strategi untuk try out selanjutnya. Walaupun kadang-kadang tidak terlalu yakin dengan strategi yang disiapkan.Cerita seru sebenarnya beramula dari keluarnya hasil tryout ini
Periode inilah yang saya amati sebagai periode terberat yang membuat mental dan emosi si anak betul betul di kocok-kocok. Ada senang, optimis, kecewa, marah, cemas, frustasi dan aneka perasaan lain, menghampiri silih-berganti.
Selain mengalami begitu banyak ups and downs, secara mental, ternyata fisik juga mengalami ujian berat. Kesibukan tinggi membuat kelelahan, dan sering kurang tidur bikin lesu.
Namun, dibalik segala kesengsaraan ini, anak saya tampaknya selalu mencoba membuat strategi untuk lebih baik lagi, dan juga punya cara mengobati kekecewaan dan bangkit lagi.
Saya jadi berpikir bahwa, ujian masuk PTN dengan segalam macam kesibukan dan drama yang mengikutinya, mungkin sebenarnya sebuah bentuk pembelajaran juga buat si anak.
Apakah anak saya sedang dalam proses sebuah transformasi dalam hidupnya ?
Kedengarannya sedikit dramatis dan mengada-ada ya, tapi kalau dipikir-pikir lagi, dan kita coba melihat esensi dari transformasi, maka sebenarnya hal ini bisa jadi benar.
Transformasi pada hakekatnya adalah perubahan besar yang terjadi, yang bertujuan untuk mencapai satu hal yang lebih baik. Transformasi terkait dengan situasi adaptasi, belajar dan mengadopsi sesuatu hal yang baru, membangun rasa optimis, dan tentunya belajar dari kesalahan
Coba kita simak, bisa jadi dia sedang mengalami perubahan besar dalam cara berpikir, cara belajar dan bagaimana menerima kenyataan dan mengatasi tekanan.
Ini adalah dinamika yang tiba-tiba menghampiri anak anak usia 17--18 tahun yang bersiap untuk menuju pendidikan tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H