Mohon tunggu...
Millian Ikhsan
Millian Ikhsan Mohon Tunggu... Konsultan - Advisor

Belajar menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Quality Over Quantity (Bicara Produktivitas)

30 Maret 2024   17:00 Diperbarui: 31 Maret 2024   12:51 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja hingga larut malam. Sumber: Cecilie_Arcurs/iStockphoto via parapuan.co

Pernahkah Anda dihantui perasaan bahwa, hari ini kok rasanya Anda tidak produktif sama sekali. Atau bisa juga merasa load kerjaan sedikit banget, kebanyakan leyeh-leyeh. Dan yang sering terjadi, adalah Anda merasa cuma Anda yang santai santai hari ini, orang-orang justru kelihatannya lagi sibuk-sibuknya.

Sebagian dari kita tentunya sering dihantui pemikiran seperti ini. Apakah hal ini benar atau salah? Lantas harus bagaimana?

Kondisi seperti ini, tanpa sadar biasanya kita respons dengan berusaha meningkatkan ritme kerja dan berusaha menyibukkan diri. Bahkan, sering merasa harus benar-benar sibuk, sebagai kompensasi karena merasa kebanyakan leyeh-leyeh tadi. Hal ini mungkin didasari oleh dugaan bahwa kalau kita bersantai-santai seharian, itu artinya menyia-nyiakan kesempatan, Benarkah begitu ?

Mari coba bedah lebih lanjut hal ini. Apakah hal ini memang patut dicemasi, dan adakah penjelasan tentang hal ini?

Sebenarnya, ada beberapa teori tentang produktivitas yang bisa menjelaskan kondisi yang unik ini. Kenapa unik, karena yang lazim terjadi adalah situasi kebalikannya, yang ditakutkan adalah terlewatnya waktu untuk bersantai, atau berusaha mencari celah agar tidak terlalu sibuk.

Baiklah mari kita liat referensi, mengenai hal ini. Sumber ini menyatakan sebagai berikut, berhati-hatilah dengan mindset yang hanya fokus kepada kuantitas dan melupakan kualitas. Nah, cukup menarik nih kelihatannya.

Seringkali, kita terjebak dengan pemikiran bahwa produktivitas terkait hanya dengan tingginya kuantitas output yang kita hasilkan dalam satu periode waktu, sebut saja dalam satu hari. Tanpa sadar kita akan berputar putar dalam pemikiran ini, menjadikan hal ini tekanan, sehingga hanya fokus kepada seberapa sibuk kita , seberapa aktif dan melupakan hal penting lain, yaitu kualitas.

Dengan memasukkan unsur kualitas dalam kegiatan, kita bisa mulai menggeser mindset yang tadinya hanya fokus kepada being busy, dan menjadi adanya tambahan satu variabel lagi, yaitu seberapa besar impact dari hasil kerja kita hari ini. Logikanya adalah hasil kerja yang berkualitas, apapun bentuknya, akan memberikan dampak positif yang lebih besar.

Nah, kalau kita juga menyelipkan unsur quality ini dalam melakukan pekerjaan, kita tahu bahwa, ada hal lain yang harus diperhitungkan, bukan hanya cepat selesai dan dengan load besar. Quality mementingkan proses, tahapan, evaluasi, perbaikan dan strategi. Hal-hal ini lah yang akan menghasil kan output berkualitas.

Karena itu, agar prinsip quality over quantity ini bisa diimplementasikan dengan baik ada beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan.

sheika Edwards
sheika Edwards

Yang pertama, kita harus paham apa yang kita kerjakan. Disini artinya kita memahami, tujuannya, tahapan, output dan tentu prosesnya. Dengan pemahaman yang baik, logikanya kita tidak akan terjebak menjadi 'asal sibuk', dan 'asal kerja keras'.

Yang kedua, siapkan mental. Pupuk keyakinan bahwa, kita memang ingin mencapai satu tujuan, yang ditentukan sejak awal. Jangan gampang terpengaruh oleh hal-hal lain. Jadi fokus lah kepada tujuan yang ingin dicapai. Tentu perlu juga menjadi sedikit fleksibel.

Ketika Anda merasa sudah cukup, ya berhenti saja. Jangan merasa, tidak puas, ragu-ragu dan galau dengan hasil kerja Anda. Sering terjadi semakin diulik, bukannya jadi tambah bagus, malah jadi berantakan.

Dan yang ketiga, tentunya adalah alat bantu, seperti, misalnya yang paling populer, To Do List. Apabila telah terbiasa dengan To Do List, kita akan terlatih akan dua sense. Nomor satu, kita terlatih untuk melihat prioritas, dan yang kedua, kita jadi terbiasa untuk melakukan estimasi waktu pelaksanaan.

Pegangan ini ternyata membuka pintu baru untuk mempelajari hal hal baru lagi, apakah itu lebih teliti mempelajari suatu project, prioritas dan kesiapan kita dalam menjalankan tugas. Karena pada hakikatnya sebuah pengetahuan akan selalu saling terkait, ketika kita fokus kepada satu area, terbuka kemungkinan untuk masuk ke area pengetahuan lain. Menarik juga ternyata.

Sekarang mari kita kembali ke kesimpulan. Jangan terjebak kepada asal sibuk, cermati hal lain yang berkaitan dengan kualitas. Dengan mengunakan perspektif ini kita tentu tidak akan terjebak dalam berbagai pikiran negatif tentang produktivitas, seperti, merasa masih belum optimal, terus dikejar-kejar waktu, atau munculnya penyesalan2 dalam melakukan pekerjaan.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat, Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun