Apakah dalam mengelola perubahan, kita harus bersikap fleksibel, lentur, cepat beradaptasi secara total, atau justru membutuhkan pedekatan berupa konsistensi.
Kalau ditilik lebih mendalam, dengan melibatkan berbagai situasi dalam sebuah perubahan, seperti pengelolaan atau aktivitas yang dilakukan, maka kita akan merasa, kedua hal tersebut sebenarnya dibutuhkan.
Bagaimana sebenarnya kedua hal ini dikelola?
Pertama -tama yang perlu kita pahami adalah, kedua hal ini, konsistensi dan fleksibilitas adalah ramuan penting dalam kegiatan pengelolaan perubahan. Kedua hal ini sama pentingnya. Terus bagaimana hal ini bisa menjadi ramuan yang manjur? Takaran yang pas dan seimbang dari kedua hal tersebut akan menjadi kunci kesuksesan.
Yuk kita coba uraikan disini.
Being consistent dalam pengelolaan perubahan, memiliki beberapa manfaat penting. Yang paling utama tentunya hal ini dibutuhkan untuk membangun kepercayaan dari karyawan, karena dengan konsistensi akan muncul kejelasan yang akan menimbulkan trust.
Ini akan menjadi fondasi yang kokoh untuk menjamin terjadinya positivity mindset, keterlibatan dan komitmen karyawan.
Namun, konsistensi jangan sampai menjadi penghalang untuk munculnya semangat berinovasi, kreativitas dan keinginan mencoba hal baru. Konsistensi yang menggunakan kacamata kuda sangat berbahaya, dan dapat menjadi pemicu resistensi!
Selanjutnya, kita coba lihat aspek fleksibilitas dalam pengelolaan perubahan. Semangat untuk membangun kultur dan mindset yang fleksibel, serta tingginya kemampuan beradapatasi adalah napas dari perubahan dan transformasi.
Namun, tetap dibutuhkan batasan serta kejelian dalam melakukannya. Fleksibilitas tak terkendali, dapat membuat kebingungan dan ketidakjelasan arah. Apabila hal ini dirasakan oleh karyawan, maka trust dan komitmen akan terganggu, Perusahaan harus sangat berhati-hati terhadap situasi ini.
Bagaimana mencari titik temu dan ramuan yang pas kedua unsur ini?
Beberapa hal dibawah ini, mungkin bisa menjadi semacam guideline.
Konsistenlah dalam komunikasi dan penyampaian visi, serta prinsip penting dalam pelaksaanaan perubahan. Namun begitu, tetap sediakan ruang untuk fleksibilitas, agar dapat mengakomodasi kebutuhan dan situasi khusus dan berbagai hal lain.
Salah satu bentuk fleksibilitas, dapat dilakukan dengan membuka lebar pintu bagi keinginan untuk terus mempelajari hal baru, dan melakukan perbaikan demi perbaikan (continuous improvement)
Sebelum kita akhiri tulisan ini, perlu diperhatikan bahwa titik temu optimal antara konsistensi dan fleksibilitas akan dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, seperti misalnya apa konteks perubahan yang terjadi dalam perusahaan, kultur perusahaan serta tentunya faktor kepribadian orang-orang yang terlibat dalam proses ini.
Dan jangan lupa untuk selalu melakukan refleksi, peninjauan kembali dan melakukan berbagai adjustment yang diperlukan untuk memastikan proses adopsi mencapai hasil yang gemilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI