Â
SEMARANG (08/02/2022), Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim I Universitas Diponegoro Tahun 2022, melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan budidaya maggot BSF yang diikuti oleh remaja karang taruna RW 03 Kelurahan Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang dan dilaksanakan pada Sabtu (05/02).
Permasalahan sampah yang berasal dari rumah tangga masih menjadi persoalan yang cukup serius, perlu upaya tindak lanjut terkait penguraian sampah tersebut. Tercatat tahun 2021, Kota Semarang menghasilkan sekitar 900 ton per hari sampah.Â
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Kota Semarang, namun saat ini tingkat kesadaran masyarakat mengenai pemilahan sampah masih rendah.Â
Untuk membantu Pemkot Semarang dalam menggalakan pengetahuan masyarakat tentang memilah dan mengolah sampah, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro membuat program kerja berupa Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF).
Maggot yang berasal dari larva lalat Black Soldier Fly (BSF) kini mulai dilirik untuk menjadi pakan ternak alternatif bagi unggas dan ikan, karena mudah berkembangbiak dan memiliki kandungan protein tinggi yaitu 45,84% (Sajuri, 2019).
Maggot BSF adalah bentuk dari siklus pertama (larva) Black Soldier Fly yang selanjutnya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa. Fase metamorfosis maggot BSF dimulai dari telur, larva, pre pupa, pupa, dan lalat dewasa (imago) semuanya memakan waktu sekitar 42 hari.
Proses pembudidayaan maggot dapat dilakukan dengan alat dan bahan yang sederhana. Alat dan bahan yang digunakan adalah nampan atau ember bekas cat, dedak, air dan juga telur maggot. langkah awal budidaya maggot adalah menyiapkan dedak ke dalam nampan atau ember kemudian di siram dengan air sampai lembab, kemudian meletakkan telur maggot ke dalam wadah tersebut.Â
Telur maggot BSF akan menetas setelah 2-3 hari kemudian. Larva maggot yang telah menetas harus di siram dengan air secukupnya dan media dedak harus dibalik agar larva maggot tidak menggumpal. Larva maggot dapat digunakan setelah berumur 3-4 minggu kemudian
Keberadaan pasar yang dekat dengan Desa Amposari sangat mendukung keberlangsungan budidaya maggot BSF yang dikenal sebagai hewan pemakan sampah organik tersebut. Apalagi masyarakat Desa Amposari yang mayoritas memiliki burung kicau dan ikan hias, dinilai sangat membutuhkan pakan alternatif, karena pakan berupa jangkrik atau pakan pabrikan semakin mahal.
Selain dimanfaatkan sebagai pakan alternatif, maggot BSF juga dapat memberikan penghasilan tambahan dari penjualan telur maggot maupun penjualan pupa. Telur dari lalat BSF memiliki harga jual Rp 3.500 per gram. Kemudian harga maggot fase pupa yang akan jadi lalat satu kilo memiliki harga Rp 80.000.
Banyak remaja karang taruna yang sangat tertarik dengan budidaya maggot BSF karena dinilai mudah dilakukan dan memiliki peluang usaha.
Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan remaja karang taruna dapat menjadikan budidaya maggot BSF sebagai inovasi dan peluang usaha yang mudah dilakukan dan tidak membutuhkan modal yang cukup besar serta memiliki peluang pasar yang luas.
Referensi
Sajuri, S. 2019. Potensi tepung pakan alternatif dari Maggot dan Azolla (Malla) sebagai bahan baku pakan ternak dengan kandungan protein tinggi. Biofarm: Jurnal Ilmiah Pertanian, 14(1): 36-40.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H