Mohon tunggu...
Millenia PutriAnastasya
Millenia PutriAnastasya Mohon Tunggu... Duta Besar - Mahasiswi

Seorang mahasiswi yang sedang menempuh Strata 1 pada program studi Hubungan Internasional dan juga bekerja pada suatu perusahaan swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stereotip serta Etika dan Budaya dalam Berkomunikasi Warga Negara Indonesia di Mata Warga Negara Lain

28 Juli 2022   13:28 Diperbarui: 28 Juli 2022   13:33 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang-orang di Jawa Barat memiliki kebiasaan untuk langsung berteman dengan semua orang yang mereka temui. Oleh karena itu, crowdability-nya membuat mereka sangat mudah diterima oleh kelompok masyarakat  suku lain. Sosiabilitas juga dipengaruhi oleh kepribadian yang mudah memberi yang  ditanamkan  dalam identitas mereka. Oleh karena itu, mereka  diterima di mana-mana dan  konflik diminimalkan. Keunggulan komunitas inilah yang membuat hampir setiap daerah di Indonesia dan luar negeri  banyak dijumpai orang Jawa. Di negara lain, orang Jawa lebih cenderung berbisnis atau bersekolah hanya untuk meningkatkan keterampilan mereka.

  • Sangat suka menolong serta berkumpul

Kebiasaan orang Jawa selanjutnya adalah mau membantu. Alih-alih hidup nyaman sendirian, mereka mengandalkan kebersamaan. Juga, ketika Anda mendengar kata-kata, "Mangan atau mangan, penting untuk bersama," Anda harus mengerti. Artinya "makan, jangan makan, yang terpenting tetap bersama". Jika sulit, usahakan sebisa mungkin untuk  bersama. Demikianlah apa yang dimaksud dengan peribahasa jawa. Selain suka berkumpul,  orang Jawa  memiliki jiwa sosial yang kuat, selain dikenali dari raut wajahnya. Ini muncul dalam banyak situasi. Misalnya, Anda sedang dalam perjalanan  jauh dan tidak dapat menemukan akomodasi di Jawa, Orang Jawa  dengan senang hati menawarkan Anda tempat tinggal. Tidak hanya itu, contoh lain yang mungkin ditemukan di sekitar kita adalah ketika kita lapar. Orang Jawa dengan senang hati menyajikan makanan untuk Anda. Hal ini menjadi kelebihan dimana orang Jawa memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

  • Tata Bahasa menganut nilai kesopanan

Kebiasaan orang Jawa adalah menjaga sopan santun setiap kali bertindak atau berbicara. Seiring perkembangan zaman, pengetahuan tentang bahasa lain dapat menjadi lebih mudah  diakses. Namun, banyak  orang Jawa berbicara atau berbicara berdasarkan kelompok umur. Anda masih dapat mengenali sesuatu seperti ini  dari struktur bahasa Jawa. Kromo inggil digunakan untuk memberi penghormatan kepada orang lain, memiliki bahasa Jawa ngoko atau bahasa sehari-hari. Kromo inggil adalah bahasa halus dan umumnya ditujukan untuk orang tua untuk lebih menghormati. 

Berbicara tentang Bahasa, masyarakat Jawa masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari. Keunikan lain dari budaya Jawa adalah lapisan Jawa terbagi menjadi beberapa lapisan: Ngoko, Madya, dan Krama. Pembagian ini berkaitan dengan kesantunan berbahasa. Di jantung Jawa, Anda juga cenderung menggunakan bahasa Jawa yang kasar dan halus. Orang Jawa Halus terutama menetap di kota-kota di sekitar ibu kota Jawa Tengah, seperti Solo dan Semarang. Demikian pula DI Yogyakarta menggunakan bahasa  halus. Orang Jawa kasar menetap di  perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, biasanya di kota-kota di pesisir utara dan  selatan. Di wilayah Jawa Timur, bahasa Jawa yang digunakan hampir sama dengan bahasa  Jawa Tengah. Namun, di wilayah barat Jawa Timur terdapat cara bertutur yang cukup riuh atau padat, dan bahasanya dekat dengan wilayah Madura. Juga, bahasanya terdengar seperti bahasa Jawa, tetapi berbeda dengan daerah Bali yang sangat berbeda.

Keunikan bahasa Jawa tercermin dari banyaknya kosakata. Jauh dari belajar, bahasa Jawa sulit diungkapkan. Hal ini dikarenakan tidak adanya kamus sebagai pedoman  belajar bahasa Jawa. Padahal, kosakata bahasa Jawa umumnya lebih banyak daripada kosakata bahasa lain. Misalnya bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ketika seseorang jatuh, itu disebut "jatuh". Dalam bahasa Indonesia, satu-satunya kata untuk menggambarkannya adalah kata "fall down". Berbeda dengan bahasa Jawa,  peristiwa tersebut dinamakan "ceblok", berganti nama lagi jika lokasi jatuhnya "nyosop", dan berganti nama jika lokasi jatuhnya dari atas ke bawah. Kepala pertama yang jatuh adalah "Jankel", namanya berubah lagi ketika posisi jatuh ke belakang adalah "nggeblak", dan namanya berubah lagi ketika jatuh ke  depan dan masuk ke lubang. Dengan kata lain, itu adalah "nyungep". Kata-kata yang sangat kompleks dan banyak digunakan untuk menggambarkan peristiwa tersebut. Ini adalah bukti bahwa bahasa Jawa memiliki lebih banyak kosakata daripada bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Ini juga menunjukkan kompleksitas pemikiran  Jawa.

Demikian keunikan stereotip serta etika dan budaya dalam berkomunikasi warga negara Indonesia di mata warga negara lain.

Dibuat oleh Millenia Putri Anastasya, guna memenuhi nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Intercultural Communication yang diampu oleh dosen ibu Delia Kusuma, S.Sos., M.Hum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun