Mohon tunggu...
Millah Nur Chanifah
Millah Nur Chanifah Mohon Tunggu... Lainnya - learner

a compilation of thought

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Pelan-Pelan Saja

29 Mei 2024   10:23 Diperbarui: 2 Agustus 2024   23:41 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada satu titik, dunia berdenting dalam detik waktu yang melaju pesat setiap saat, menuntut kesempurnaan, zero mistake, dan menggilas apapun yang dilaluinya. Konon, gaya hidup serba cepat dianggap sebagai simbol modernitas, kekinian, dan kemajuan zaman. Kita sangat terlatih untuk selalu fokus terhubung dengan lembar hiruk pikuk dunia dari ujung ke ujung, hanya dengan satu sentuhan layar dalam genggaman.

Dipagi hari, sambil lalu kita membuka mata dan meraih si ponsel pintar, sang teman sejati. Ia akan sergap mengirimkan kita rentetan morning update, semua berita diberondongnya. Sayangnya, si pintar tidak cukup cerdas untuk memfilter sajian konten. Kini, semua konten pendek pun membombardir isi kepala. Satu dua lucu, namun tak jarang sebagian besarnya banjir berita buruk yang hanya memperkeruh pikiran kita. Tanpa kita sadari, waktu habis untuk berselancar didunia maya, scrolling beragam update yang sebagian besarnya justru tidak memberikan dampak apa-apa.

Dalam buku berjudul Going Offline karya Desi Anwar, ia menjelaskan cara-cara lama untuk memperbaiki gaya hidup futuristik yang justru seringkali membuat kita draining energi. Hidup pelan-pelan saja , dan tidak apa-apa apabila kita ketinggalan tren zaman alias anti FOMO (Fear of Missing Out). Berhenti dari pace yang menuntut hidup yang hebat dalam waktu instan dan berhenti pamer pencapaian atau exposure yang dipaksakan hanya untuk membuat orang lain terkesan. 

Cara mengapresiasi kehidupan diantaranya dengan being at the present moment, merasakan saat ini di detik ini, sadar akan banyaknya distraksi dan coba mengabaikannya. Buku tersebut memberikan ilustrasi untuk mengurangi interaksi dengan dunia maya, dan hidup sebenar-benarnya di dunia nyata. Berinteraksi, bercakap-cakap, maupun dengan jalan kaki berkeliling dan mengamati alam sekitar.

Sadar bahwa tidak ada kesuksesan langgeng yang datangnya dari cara-cara instan, sebagaimana kita memandang gelas yang setengah kosong atau setengah penuh. Saat kita memandang bahwa gelas tersebut sejatinya telah setengah penuh, maka sejatinya diri kita sendiri sudah terisi, dan hanya bisa penuh saat kita terus fokus untuk meningkatkan nilai diri alias self-worth. Mempercayai proses berarti memberikan kesempatan bagi diri kita sendiri untuk bertumbuh dengan konsistensi dukungan yang kita berikan. Hidup pelan-pelan saja, karena apabila belum waktunya, maka sekeras apapun kita berusaha, keadaan tidak akan banyak berubah. Sebaliknya, mempercayai konsistensi proses bertumbuh akan membuat diri kita siap kapanpun momen tersebut datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun