(waktu baca : 5 menit)
Kekecewaan membuat seseorang rentan mengalami kesulitan baik psikis maupun fisik. Sindrom merasa sesak, terkuras energi, campur aduk, marah, suram atas sumber kekecewaan hingga kebingungan kerap menghinggapi seseorang yang sedang merasa kecewa. Tak jarang, gejala pada fisik seperti merasa lemas, sakit kepala, dingin pada telapak tangan, atau jantung berdebar-debar pun turut memperburuk keadaan.
Melansir sebuah artikel berjudul "Dealing with Dissapointment" yang direviu oleh Michael Ashworth Ph.D tahun 2016, kekecewaan merupakan buah dari pikiran, rencana, maupun harapan yang tidak berjalan selaras dengan realita yang terjadi. Pada satu kondisi, harapan kita terkadang terlalu tinggi untuk sesuatu yang diluar kendali kita. Sebagaimana teori dikotomi kendali yang popular dalam stoicism, sejatinya berbagai hal didunia ini terbagi menjadi sesuatu yang dibawah kendali kita (faktor internal) atau justru lebih banyak lagi yang tidak bisa kita kendalikan (faktor eksternal).
Lalu bagaimana cara mengatasi kekecewaan?
Sebuah studi dari Monash College dan Victoria University membeberkan strategi untuk mengelola emosi kecewa yang muncul.
1. Pertama, jadilah baik pada diri sendiri dan ketahuilah bahwa kekecewaan itu normal
Semua orang akan mengalami kekecewaan dalam beberapa episode kehidupan mereka. Hasil riset kumparan bahkan menunjukkan 83% orang Indonesia pernah terlihat marah-marah saat kecewa. Oleh karenanya, segala hal menyesakkan yang dirasakan akibat kekecewaan itu sangat wajar dan valid. Akan sangat penting untuk kita menyayangi diri sendiri dengan memberikan waktu pada diri kita untuk memproses perasaan tersebut.
2. Akui dan terima perasaan kecewa tersebut
Kekecewaan terasa sangat tidak nyaman. Menerima kehadirannya dan mengakui bahwa perasaan tersebut nyata, sama seperti saat kita menerima rasa senang akan membantu kita sampai pada titik tenang yang lebih baik. Sebaliknya, menyangkal perasaan tersebut dan memaksakan diri untuk merasa kuat justru akan membuat kondisi kita lebih buruk.
3. Berada di sekitar orang-orang baik
Temui orang yang dapat kita percaya untuk membagikan cerita kekecewaan tersebut dan membantu kita memvalidasi apa yang sedang kita rasakan. Berada pada positive vibes membantu kita untuk terus fokus pada kelebihan-kelebihan yang kita miliki sehingga memunculkan optimisme.
4. Petik pembelajaran dari kekecewaan
Kekecewaan adalah sebuah pengalaman hidup yang sangat berharga. Kita bisa menganalisis penyebab yang sesungguhnya sehingga itu dapat menjadi langkah mitigasi kedepannya dan mencegah hal serupa
5. Berhenti Membanding-bandingkan
Membandingkan diri kita dengan pencapaian orang lain akan memperburuk keadaan. Hindari fokus pada kesuksesan orang lain karena itu hanya akan merusak fokus kita yang terbatas. Sebaliknya, arahkan kembali fokus tersebut kepada hal-hal yang menjadi kekuatan dan prestasi yang pernah kita raih sebelumnya. Sebaik-baiknya perbandingan adalah melihat kembali diri kita saat ini yang telah berproses dan bertumbuh dibandingkan dengan diri kita dimasa lalu.
6. Renungkan kembali "Big Picture" alias gambaran besarnya
Saat kecewa muncul, seringkali fokus kita tersita pada hal-hal negatif yang menghinggapi. Salah satu cara memperbaikinya adalah dengan merenungkan kembali gambaran besar atau grand design yang sebetulnya sedang kita rencanakan. Satu dua kegagalan hanyalah bagian dari rantai chain effect yang perlu diatur ulang dari keseluruhan rantai kesuksesan yang sedang kita susun.
7. Beraksi kembali
Setelah kita mampu memvalidasi perasaan kecewa dan membuat daftar pembelajaran dari kegagalan yang kita alami, mantapkan diri kita untuk bersiap mengambil langkah-langkah manuver berikutnya. Susun ulang rencana dan jalankan kembali usaha-usaha kita dengan perencanaan yang lebih baik.
Kekecewaan memang sering kali datang bak tamu yang tak diundang. Redline alias benang merah dari rasa kecewa adalah waktu. Berikan waktu dan ruang yang cukup sehingga kekecewaan bisa diproses dengan baik dan justru bisa menjadi sumber munculnya energi-energi dan semangat berjuang yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H