Media sosial pada hakikatnya adalah alat yang netral. Dampaknya, baik positif maupun negatif, bergantung pada cara kita menggunakannya. Oleh karena itu, kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan. Generasi muda perlu diajarkan untuk menjadi pengguna media sosial yang cerdas dan kritis.
Salah satu langkah sederhana adalah mengajarkan remaja untuk lebih selektif terhadap konten yang mereka konsumsi. Mereka dapat diarahkan untuk mengikuti akun-akun yang memberikan inspirasi positif, seperti yang berkaitan dengan edukasi, seni, atau pengembangan diri. Di sisi lain, mereka juga perlu diajarkan untuk memahami bahwa jumlah "likes" atau "followers" tidak menentukan nilai diri seseorang.
Selain itu, remaja dapat diajak untuk menjalani detoksifikasi digital secara berkala, yaitu mengurangi penggunaan media sosial dalam waktu tertentu untuk memberi ruang bagi aktivitas lain yang lebih produktif, seperti olahraga, membaca, atau berkumpul dengan keluarga dan teman secara langsung.
Dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja adalah fenomena yang nyata dan membutuhkan perhatian serius. Meskipun media sosial memiliki manfaat yang tidak terbantahkan, penggunaannya yang tidak bijak dapat membawa konsekuensi serius bagi kesehatan mental dan sosial generasi muda.
Dengan literasi digital yang baik, pengawasan dari orang tua, serta tanggung jawab dari platform media sosial, kita dapat menciptakan ekosistem digital yang mendukung kesejahteraan psikologis remaja. Sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk pengembangan diri, bukan sebagai sumber tekanan. Dengan kesadaran dan upaya bersama, generasi muda dapat menjadi pengguna media sosial yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI