Mohon tunggu...
Milq Nur Fazriah
Milq Nur Fazriah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Nama : Mil'q Nur Fazriah NIM : 121211053 Jurusan : Akuntansi | Universitas Dian Nusantara Dosen Pendamping : Prof. Dr, Apollo, M. Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknik Meningkatkan Memori untuk Wawancara Investigatif: Wawancara Kognitif

2 Juli 2024   13:36 Diperbarui: 2 Juli 2024   13:38 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Proses penegakan hukum terdiri dari wawancara investigatif. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dari saksi atau korban yang terlibat dalam tindakan kriminal. Memori manusia, bagaimanapun, seringkali tidak sempurna dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. 

Teknik wawancara kognitif diciptakan oleh Fishe dan Geiselman pada tahun 1992 untuk mengatasi keterbatasan ini. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan memori dan akurasi data dari wawancara. 

Dalam teknik wawancara kognitif, metode 5W dan 1H terdiri dari lima pertanyaan utama: What (Apa), Who (Siapa), Where (Di mana), When (Kapan), Why (Mengapa), dan How (Bagaimana). Teknik ini akan dijelaskan secara rinci dalam artikel ini, dengan penekanan khusus pada setiap komponen dari pendekatan 5W dan 1H.

Pendekatan 5W dan 1H dalam Wawancara Investigatif

1. What (Apa) 

Pertanyaan "Apa" dimaksudkan untuk menemukan peristiwa utama atau fakta penting yang terkait dengan masalah yang sedang diselidiki. Pewawancara kognitif harus mendorong saksi untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang peristiwa yang terjadi selama wawancara.

Contoh pertanyaan :

  • Apa yang Anda lihat saat kejadian berlangsung?
  • Apa yang Anda dengar saat itu?
  • Apa yang Anda lakukan pada saat kejadian?

2. Who (Siapa) 

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Pertanyaan "Siapa" digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam peristiwa, termasuk pelaku, korban, dan saksi lain. Mendapatkan informasi tentang siapa yang terlibat sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang peristiwa tersebut.

Contoh pertanyaan :

  • Siapa saja yang Anda lihat di lokasi kejadian?
  • Siapa yang berbicara kepada Anda sebelum dan sesudah kejadian?
  • Siapa yang Anda kenal dari orang-orang yang terlibat dalam peristiwa ini?

3. Where (Dimana) 

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 
Pertanyaan "Di mana" dimaksudkan untuk menentukan di mana peristiwa terjadi secara khusus. Lokasi kejadian dapat memberikan konteks penting dan membantu penyidik mengaitkan berbagai aspek kasus.
  • Contoh pertanyaan :
  • Di mana tepatnya Anda berada saat kejadian berlangsung?
  • Di mana Anda pertama kali melihat pelaku?
  • Di mana kejadian tersebut terjadi?

4. When (Kapan) 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Pertanyaan "Kapan" digunakan untuk mengidentifikasi waktu kejadian. Informasi tentang waktu sangat penting untuk membangun kronologi peristiwa dan memastikan akurasi dalam penyelidikan.

Contoh pertanyaan :

  • Kapan Anda tiba di lokasi kejadian?
  • Kapan Anda pertama kali melihat pelaku?
  • Kapan kejadian tersebut terjadi?

5. Why (Mengapa) 

Dokumen Pribadi 
Dokumen Pribadi 

Pertanyaan "Mengapa" bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang apa yang mendorong peristiwa terjadi, meskipun mungkin sulit bagi saksi untuk menentukan alasan pastinya, pertanyaan ini dapat memberikan wawasan tambahan yang bermanfaat.

Contoh pertanyaan :

  • Mengapa Anda berada di lokasi tersebut saat kejadian?
  • Mengapa Anda melakukan tindakan tertentu saat kejadian?
  • Mengapa Anda berpikir kejadian tersebut terjadi?

6. How (Bagaimana) 

Dokumen pribadi 
Dokumen pribadi 

Pertanyaan "Bagaimana" bertujuan untuk mendapatkan gambaran detail tentang cara peristiwa terjadi. Ini termasuk urutan tindakan, interaksi antar individu, dan mekanisme kejadian.

Contoh pertanyaan:

  • Bagaimana kejadian tersebut berlangsung dari awal hingga akhir?
  • Bagaimana pelaku berinteraksi dengan korban?
  • Bagaimana Anda bereaksi saat kejadian berlangsung?

Teknik Wawancara Kognitif

1. Membangun Hubungan

Membangun hubungan yang baik dengan korban atau saksi adalah langkah awal penting dalam teknik wawancara kognitif. Hal ini disebabkan fakta bahwa saksi atau korban yang merasa didengar dan dihargai lebih cenderung memberikan informasi yang lebih akurat dan mendalam. 

Saksi yang merasa didukung dan dihargai lebih mungkin untuk mengungkapkan semua yang mereka ingat tanpa takut atau khawatir. Pewawancara harus membuat suasana yang aman dan nyaman bagi saksi agar mereka dapat berbicara secara terbuka.

Langkah-langkah membangun hubungan

a. Pendekatan Empatik:

Pewawancara harus menunjukkan bahwa mereka menyadari dan memahami keadaan saksi. Ini dapat dilakukan dengan menyapa saksi dengan baik dan berbicara ringan sebelum topik wawancara berkembang. Mengakui perasaan saksi dan menunjukkan bahwa mereka memahami trauma atau stres yang mungkin mereka alami dapat membantu membangun kepercayaan.

Contoh : "Saya mengerti bahwa ini mungkin sulit bagi Anda, tetapi informasi yang Anda berikan sangat berharga bagi kami untuk memahami apa yang terjadi,".

b. Pendekatan Non-Konfrontatif:

Sangat penting untuk menghindari nada atau sikap yang konfrontatif. Pertanyaan wawancara harus netral dan terbuka, memungkinkan saksi berbicara dengan bebas. Mereka tidak boleh membuat pertanyaan yang mengandung tuduhan atau menyalahkan saksi.

Contoh: "Bisakah Anda menceritakan apa yang terjadi dari awal hingga akhir?"

c. Penciptaan Lingkungan Aman:

Memastikan bahwa lingkungan fisik dan emosional tempat wawancara dilakukan nyaman bagi saksi. Ini termasuk pemilihan lokasi yang tenang dan bebas dari gangguan, serta memberikan waktu yang cukup bagi saksi untuk merasa rileks sebelum memulai wawancara.

Contoh : Memilih ruangan dengan kursi yang nyaman dan penerangan yang baik, serta menyediakan air minum.

d. Pendengaran Aktif

Dengan mengangguk, membuat catatan, dan memberikan respons verbal yang menunjukkan perhatian, pewawancara dapat menunjukkan bahwa mereka benar-benar mendengarkan dan memperhatikan apa yang dikatakan saksi.

Contoh : "Saya mendengar Anda mengatakan bahwa Anda melihat seseorang dengan jaket merah. Bisa Anda jelaskan lebih lanjut tentang orang tersebut?"

e. Validasi dan Penguatan Positif:

Mengakui dan menghargai usaha saksi dalam mengingat dan berbagi informasi. Penguatan positif dapat mendorong saksi untuk terus memberikan detail tambahan.

Contoh : "Informasi ini sangat membantu. Terima kasih sudah berbagi dengan kami."

f. Menyediakan Penjelasan:

Menjelaskan tujuan dari wawancara dan bagaimana informasi yang diberikan oleh saksi akan digunakan. Transparansi dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan partisipasi saksi.

Contoh : "Kami ingin memahami lebih baik apa yang terjadi sehingga kami dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menangani kasus ini."

Manfaat Membangun Hubungan: Dengan membina hubungan, pewawancara dapat:

- Meningkatkan Kepercayaan: Saksi yang percaya pada pewawancara cenderung memberikan informasi yang jujur dan lengkap.

- Mengurangi Kecemasan: Saksi dapat mengalami peningkatan kualitas recall memori karena lingkungan yang mendukung mengurangi stres dan kecemasan mereka.

- Memperkuat Kerjasama: Saksi yang merasa didengar dan dihargai lebih cenderung bersedia bekerja sama selama proses penyelidikan.

2. Pengaturan Mental

Meminta saksi untuk membayangkan kembali peristiwa sebanyak mungkin dapat membantu pewawancara mempersiapkan diri mereka sebelum wawancara dimulai. Recall memori dapat ditingkatkan dengan pengaturan mental yang baik.

3. Mendorong Penarikan Kembali Detail

Selama wawancara, pewawancara harus mendorong saksi untuk mengingat sebanyak mungkin detail tentang peristiwa. Meminta saksi untuk memberikan perspektif yang berbeda atau mengingat urutan peristiwa secara terbalik dapat membantu meningkatkan jumlah detail yang diingat saksi.

4. Menghindari Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan tertutup yang hanya membutuhkan jawaban singkat (seperti "ya" atau "tidak") harus dihindari. Sebaliknya, pewawancara harus menggunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan saksi memberikan jawaban yang lebih rinci dan lengkap.

5. Memastikan Keakuratan

Setelah saksi memberikan informasi, pewawancara harus memastikan bahwa informasi itu akurat dengan meminta penjelasan atau rincian tambahan jika diperlukan. Mengulangi informasi yang diberikan saksi dan meminta konfirmasi juga dapat membantu memastikan bahwa informasi itu akurat.

6. Dokumentasi yang Teliti

Semua saksi harus dicatat dengan cermat. Ini termasuk mencatat detail kecil yang mungkin tampak kecil pada awalnya; namun, pada akhirnya, mereka dapat menjadi penting. Untuk memastikan bahwa semua detail terekam dengan benar, rekaman audio atau video juga dapat digunakan.

Ilustrasi Pendekatan 5W dan 1H dalam Proses Wawancara Investigatif

Diagram 4W dan 1H

canva.com 
canva.com 

Studi Kasus

Kasus: Perampokan di Toko Emas

Pewawancara: "Baik, Pak Budi. Saya ingin mendengar cerita Anda tentang kejadian perampokan di toko emas kemarin. Tolong ceritakan dengan detail sebanyak mungkin. Mari kita mulai dari awal."

What (Apa):

Pak Budi: "Saya melihat dua orang masuk ke toko dengan membawa senjata api. Mereka langsung mengancam karyawan dan meminta untuk membuka brankas."

Who (Siapa):

Pewawancara: "Siapa saja yang Anda lihat di dalam toko saat kejadian?"

Pak Budi: "Ada dua perampok, tiga karyawan, dan dua pelanggan termasuk saya."

Where (Di mana):

Pewawancara: "Di mana Anda berada saat mereka masuk?"

Pak Budi: "Saya berada di dekat etalase, sekitar lima meter dari pintu masuk."

When (Kapan):

Pewawancara: "Kapan tepatnya kejadian ini berlangsung?"

Pak Budi: "Sekitar pukul 10 pagi, saya ingat karena saya baru saja melihat jam sebelum mereka masuk."

Why (Mengapa):

Pewawancara: "Mengapa Anda berada di toko saat itu?"

Pak Budi: "Saya sedang membeli hadiah untuk istri saya. Saya sering belanja di sana."

How (Bagaimana):

Pewawancara: "Bagaimana perampokan itu berlangsung dari awal hingga akhir?"

Pak Budi: "Setelah masuk, mereka mengancam karyawan dengan senjata dan meminta semua orang untuk tiarap. Salah satu dari mereka mengawasi pintu sementara yang lain mengambil emas dari brankas. Mereka pergi dalam waktu kurang dari lima menit."

KESIMPULAN

Dalam teknik wawancara kognitif, pendekatan 5W dan 1H sangat efektif untuk meningkatkan memori dan akurasi informasi yang diperoleh dari korban atau saksi. Pewawancara dapat mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh tentang peristiwa yang sedang diselidiki dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong detail yang lebih rinci. 

Metode ini tidak hanya menghasilkan informasi yang lebih akurat, tetapi juga meningkatkan kualitas proses investigasi secara keseluruhan. Dengan menerapkan metode ini dalam wawancara investigatif, penegak hukum dapat lebih cepat menyelesaikan kasus.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun