A. Apa itu Manipulasi Keuangan
Manipulasi keuangan, juga dikenal sebagai fraud atau kecurangan keuangan, adalah ketika informasi keuangan diubah atau diubah dengan tujuan menyesatkan pihak yang terlibat, seperti kreditur, investor, atau pihak lainnya. Praktik ini dapat dilakukan oleh individu atau kelompok dalam perusahaan dengan tujuan tertentu, seperti meningkatkan reputasi perusahaan, menyembunyikan masalah keuangan yang sebenarnya, atau memperoleh keuntungan pribadi.
Berikut adalah beberapa bentuk manipulasi keuangan yang umum:
1. Pemalsuan Transaksi: Ini adalah ketika sebuah perusahaan membuat atau mengubah transaksi yang tidak benar atau tidak sah dalam catatan keuangannya. Ini dapat termasuk membuat penjualan palsu atau mengubah jumlah transaksi untuk meningkatkan kinerja keuangan.
2. Manipulasi Penilaian Aset: Mengubah cara perusahaan menilai asetnya, seperti properti, tanaman, dan peralatan, untuk menunjukkan nilai yang tidak wajar atau tidak masuk akal dalam laporan keuangan. Ini dapat dicapai dengan mengurangi nilai aset atau menunda penghapusan aset yang sudah tidak berguna.
3. Manipulasi Pendapatan: Memanipulasi pendapatan perusahaan dengan menunda pengakuan pendapatan untuk waktu tertentu atau mencatat pendapatan yang belum diterima.
4. Penghindaran Pencatatan Utang: Jangan mencatat utang atau kewajiban lainnya dalam laporan keuangan Anda untuk menyembunyikan kinerja keuangan yang buruk atau untuk menunjukkan likuiditas yang lebih baik daripada yang sebenarnya.
5. Manipulasi Biaya dan Pengeluaran: Untuk mengurangi laba yang dilaporkan atau untuk membuat cadangan untuk masa depan, Anda dapat menunjukkan biaya atau pengeluaran tertentu dalam laporan keuangan.
Analisis tren, analisis horizontal, dan analisis vertikal adalah metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan:
1. Analisis Trend: Ini melibatkan mengevaluasi tren keuangan dari waktu ke waktu, biasanya selama beberapa periode. Ini membantu dalam mengidentifikasi pola atau perubahan signifikan dalam kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Misalnya, tren pendapatan yang terus meningkat atau tren penurunan marjin laba.
2. Analisis Horizontal: Analisis horizontal membandingkan item keuangan pada satu titik waktu dengan item yang sama pada periode sebelumnya. Ini membantu dalam menentukan pertumbuhan atau penurunan persentase item tertentu dari tahun ke tahun. Misalnya, membandingkan pendapatan tahun ini dengan pendapatan tahun lalu untuk melihat apakah ada peningkatan atau penurunan.
3. Analisis Vertikal: Analisis vertikal membandingkan setiap item dalam laporan keuangan dengan total atau angka dasar lainnya. Ini membantu dalam menentukan proporsi atau persentase setiap item dalam kaitannya dengan total. Misalnya, membandingkan biaya penjualan dengan total pendapatan untuk melihat persentase biaya penjualan terhadap pendapatan total.
Sebagai contoh Emiten PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) TBK, dan anak perushaan PT Ritel Global Solusi (RGS) Â adalah kasus manipulasi laporan keuangan (fraud); analisis trend, horizontal, dan vertikal.
Menurut prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk. dari Juli 2019, perusahaan ini beroperasi di bidang jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan bisnis dimasukkan ke dalam kategori berikut: jasa sistem integrasi informatika, jasa sistem integrasi telekomunikasi, dan jasa keamanan informasi digital. Pada tanggal 1-2 Juli 2019, perusahaan melakukan penawaran perdana saham publik, atau penawaran awal saham.Â
Pada tanggal 8 Juli 2019, perusahaan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham ENVY. PT Envy Technologies Indonesia Tbk memiliki struktur permodalan yang terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif, dan masyarakat. Menurut IDX (2019), jumlah saham yang dijual kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari total modal, atau sebesar Rp 60 miliar.
PT Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah memanipulasi laporan keuangan tahunan 2019 setelah terdaftar sebagai perusahaan terbuka selama dua tahun. Pada tanggal 19 Juli 2021, perusahaan menerima surat yang meminta penjelasan tentang laporan keuangan yang dikompilasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).Â
Organisasi tersebut menduga bahwa perusahaan telah melakukan praktik manipulasi laporan keuangan yang digabungkan dengan laporan keuangan anak perusahaannya, PT Ritel Global Solusi (RGS), yang tidak menyusun laporan keuangan tahun 2019. Akibatnya, BEI mempertanyakan kebenaran angka yang disajikan. Manajemen perusahaan menyatakan bahwa mereka akan memberikan klarifikasi tentang dugaan penyimpangan dalam laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal belum memberikan tanggapan atas masalah ini (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
Selain itu, laporan keuangan ENVY tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Namun, pendapatan pada tahun 2019 naik. Pendapatan perusahaan sebesar 188,58 miliar, sebesar 135% dari 80,35 miliar pada tahun 2018. Laba bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19 persen dari 6,79 miliar pada tahun 2018 menjadi 8,05 miliar pada tahun 2019. Untuk menyelidiki dugaan manipulasi laporan keuangan, BEI menghentikan perdagangan saham ENVY sementara dari 1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama dua tahun hingga 1 Desember 2022.
Kinerja ENVY pada tahun 2019 sangat berbeda dari laporan keuangan kuartal ketiga tahun 2020. Jumlah kas dan setara kas perusahaan turun sebesar 99% dari 26,51 miliar menjadi 314,65 juta. Piutang tambahan untuk perusahaan mengalami kenaikan sebesar 126% dari 13,46 miliar menjadi 30,45 miliar. Selain itu, kewajiban jangka pendek perusahaan menurun sebesar 100% dari 16,44 miliar menjadi 0. Liabilitas tambahan perusahaan naik sebesar 57% dari 6,77 miliar menjadi 10,72 miliar (Bisnis.com & Tari, 2020). Seandainya PT Envy Technologies Indonesia Tbk. terbukti melakukan kecurangan laporan keuangan, perusahaan dapat didelisting dari BEI (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
B. Mengapa kecurangan laporan keuangan bisa terjadi ?
Banyak alasan, baik internal maupun eksternal, dapat menyebabkan kesalahan laporan keuangan, dan alasan yang paling umum adalah kombinasi dari hal-hal berikut:
1. Tekanan Finansial: Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecurangan laporan keuangan termasuk tekanan finansial dari manajemen, pemegang saham, atau pihak lainnya. Manajemen yang menghadapi target kinerja yang sulit atau pemegang saham yang mengharapkan pertumbuhan laba yang konsisten dapat merasa tertekan untuk memanipulasi laporan keuangan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Kesempatan: Kesalahan dalam sistem pengendalian internal perusahaan dapat menyebabkan kecurangan laporan keuangan. Misalnya, ketidakkonsistenan dalam proses pengawasan dan pemantauan, ketidakseragaman tugas, atau akses yang tidak terbatas ke catatan keuangan dapat memungkinkan orang untuk melakukan manipulasi.
3. Rasionalisasi: Pelaku kecurangan sering merasionalisasi tindakan mereka untuk berbagai alasan, seperti percaya bahwa mereka harus melakukannya untuk mempertahankan pekerjaan mereka, memenuhi target kinerja, atau mendapatkan bonus atau insentif yang besar.
4. Kurangnya Etika dan Integritas: Kurangnya etika dan integritas individu dalam perusahaan juga dapat menyebabkan kecurangan laporan keuangan. Tekanan untuk mencapai tujuan atau keuntungan pribadi dapat membuat seseorang melakukan tindakan yang tidak etis.
 5. Kultur Perusahaan yang Buruk: Budaya perusahaan yang buruk dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis dan meningkatkan risiko kecurangan. Budaya perusahaan yang buruk juga dapat menyebabkan kecurangan laporan keuangan.
6. Ketidakseimbangan Kekuasaan: Jika terdapat ketidakseimbangan kekuasaan atau dominasi di dalam suatu organisasi, hal itu dapat menyebabkan situasi di mana tidak ada kontrol dan keseimbangan yang sehat antara kepentingan berbagai pihak. Akibatnya, pihak yang lebih dominan dapat mengatur laporan keuangan untuk keuntungan mereka sendiri.
C. Bagaimana cara mengatasi agar tidak terjadi kecurangan laporan keuangan ?
Untuk mengurangi kemungkinan kecurangan laporan keuangan, perusahaan dapat mengambil berbagai langkah pencegahan dan pengendalian, seperti:
1. Peningkatan Pengawasan Internal: Meningkatkan pengawasan dan prosedur pengendalian internal untuk memastikan bahwa semua transaksi dipantau dan diverifikasi dengan benar.
2. Penilaian Risiko: Secara teratur melakukan penilaian risiko untuk menemukan celah atau kelemahan dalam sistem kontrol keuangan.
3. Kebijakan dan Prosedur yang Jelas: Tetapkan peraturan yang jelas untuk pelaporan keuangan, termasuk standar etika dan tata kelola perusahaan yang baik.
4. Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan informasi kepada karyawan tentang etika bisnis, kebijakan perusahaan, dan cara mencegah dan melaporkan kecurangan.
5. Budaya Organisasi yang Mendorong Integritas: Menciptakan budaya perusahaan yang mendukung integritas, transparansi, dan akuntabilitas di semua tingkatan organisasi.
6. Audit dan Penilaian Independen: Perusahaan rutin menjalani audit eksternal dan penilaian independen untuk memastikan bahwa ia mematuhi peraturan akuntansi dan keuangan yang berlaku.
D. KesimpulanÂ
Kesimpulan dari kecurangan laporan keuangan adalah bahwa tindakan manipulasi atau penyalahgunaan informasi keuangan dapat memiliki konsekuensi yang merugikan, tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga bagi para pemangku kepentingan seperti investor, kreditur, dan masyarakat umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H