Mohon tunggu...
Humaniora

"Unconditional Positive Regard"

5 Maret 2018   21:31 Diperbarui: 5 Maret 2018   21:40 4643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu hal penting dalam berdirinya suatu negara adalah pengakuan kemerdekaan dari negara lain. Begitu juga dengan manusia, mereka butuh pengakuan dari orang lain atas dirinya. Manusia butuh kepercayaan, cinta, kasih sayang, penghargaan dan pengagungan dari orang lain. Hal ini juga dapat disebut dengan need for positive regard. Menurut Carl Rogers, positive regardterbagi menjadi dua yaitu conditional dan unconditional.

Conditional positive regard adalah keadaan dimana seseorang akan diakui atau dipuji berdasarkan pencapaiannya (bersyarat). Contohnya siswa yang meraih peringkat 1 lebih dibanggakan dan diperhatikan oleh guru.

Unconditional positive regard adalah keadaan dimana seseorang diakui dan dipercaya memiliki kemampuan yang dapat ia kembangkan sehingga ia dihargai hanya dengan menjadi dirinya sendiri (tak bersyarat). Contohnya ibu yang tanpa pamrih menyayangi anaknya tanpa peduli seberapa nakalnya anak itu.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak sangat membutuhkan kepercayaan dari orang orang disekitarnya. Orang tua khususnya harus memberikan unconditional positive regard pada anak dengan baik agar anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan penuh keyakinan dalam melangkah.

Saat anak merasa dipercaya oleh orang tua, ia akan bersikap lebih terbuka saat mengalami hal hal baru dalam hidupnya. Disanalah orang tua dapat menanamkan nilai nilai moral pada anak melalui tanggapan positif dari setiap kisah yang ia ceritakan. Akhirnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik, ia akan berubah tanpa benar benar mengubah siapa dirinya.

Di sekolah, guru akan membantu anak untuk terus mengembangkan kemampuannya, terutama guru BK. Selama proses konseling, guru BK juga menerapkan unconditional positive regardagar tidak membatasi keterbukaan siswa. Guru BK harus beranggapan bahwa siswa itu lebih mengetahui apa yang terjadi dan akan seperti apa proses konseli itu nantinya.

Setelah konseling berlangsung, siswa diharapkan dapat menjadi pribadi yang memiliki:

Keterbukaan pada Pengalaman dan Kehidupan Eksistensial

Artinya berkepribadian fleksibel. Ia mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan dan menjadikannya pelajaran untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang.

Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Artinya ia akan bertindak sesuai apa yang dianggapnya benar. Ia akan percaya diri dalam mengambil keputusan karna besarnya keyakinan bahwa dia bisa.

Perasaan Bebas

Artinya ia merasa bebas dalam mengambil keputusan. Ia yakin bahwa masa depan tergantung pada dirinya.

Kreatif

Artinya ia dapat menemukan celah diantara tekanan tekanan yang diberikan. Ia dapat mencari banyak jalan keluar dari setiap permasalahan.

Masing masing dari kita adalah pemenang, maka pilihannya adalah mempertahankan kemenangan atau hanya terkubur dalam angan. Yakinlah, dengan usaha dan do'a, mimpi mimpi akan menjadi nyata. Percayalah pada dirimu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun