Pada Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka, kami wajib untuk mengikuti kegiatan Modul Nusantara yang bertujuan untuk mengenal keberagaman yang ada di Indonesia.Â
Pada kesempatan kali ini, kami mengunjungi salah satu desa yang tergolong lumayan jauh dari Kota Surabaya. Cuaca yang mendung menjadi tidak menjadi penggiring kami untuk tetap berkunjung ke Kampung Majapahit, Desa Bejijong, Mojokerto.Â
Jarak tempuh dari Kota Surabaya menuju Desa Bejijong, Mojokerto -/+ 53 km dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Daerah yang kami lewati menuju lokasi sangat beragam, mulai dari bangunan-bangunan tinggi, pemukiman warga, rumah ibadah, perkebunan, dan lain sebagainya. Perjalanan menaiki Bus yang kami tempuh menjadi lebih singkat dengan melewati jalan Tol.
Agenda kami sudah ditentukan sesuai dengan instruksi dari dosen pembimbing Modul Nusantara. Tempat yang akan kami kunjungi adalah Kampung Majapahit yang terletak di Desa Bejijong, Makam Raja Majapahit ke-I, Museum Majapahit, Candi Brahu, Sleeping Budha yang ada di Trowulan,dan Candi Bajang Ratu. Saya akan menceritakan semua nya secara berurut mulai dari Kampung Majapahit hingga yang terakhir Candi Bajang Ratu.
Kampung Majapahit, Desa Bejijong
Rombongan kami sampai di Sanggar Bhagaskara, Kampung Majapahit setelah sekitar satu jam perjalanan. Kami disambut dengan baik oleh Tim Sanggar tersebut. Mulai dari kata sambutan yang diwakilkan oleh Ketua Sanggar hingga Tari Selamat Datang dari penari Sanggar Bhagaskara.Â
Selama kurun waktu sekitar 1 jam lebih, kami melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) tentang asal-usul Kampung Majapahit, sejarah, seni budaya, dan enterpreneurship. Kami mendapat pemaparan yang luas mengenai Sejarah Kerajaan Majapahit yang dulunya telah berdiri sejak tahun 1293-1500 M.Â
Berdasarkan sejarahnya, Kerajaan Majapahit pernah berhasil menaklukkan banyak kerajaan dan menyatukan hampir seluruh wilayah Nusantara dibawah Panji Raja Hayam Wuruk dengan didampingi oleh Patih Gajah Mada.Â
Hingga kemudian runtuh pada masa kepemimpinan Raja Wikramawardhana yang mendapat pertentangan dari Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir.Â
Semasa kepimpinan Wikramawardhana, banyak daerah di wilayah kekuasaan Majapahit yang melepaskan diri tanpa bisa dicegah. Hal tersebut tambah diperparah dengan terjadinya wabah kelaparan pada 1426 M. Keruntuhan Majapahit juga dipengaruhi oleh menguatnya pengaruh Dinasti Ming dan beberapa daerah bekas bawahan Kerajaan Majapahit.
Didasarkan pada kecintaan terhadap sejarah dan kampung halamannya, Bapak Supriyadi selaku penggagas pembentukan Kampung Majapahit dan bersama dengan warga sekitar untuk ikut melestarikan Kampung tersebut. Tentunyatidak terlepas dari peran pemerintah pusat dan daerah dalam hal pembangunan dan pendanaan Kampung Majapahit.