Nama Brahu dihubungkan dengan kata “Wanaru” atau “Warahu” yaitu nama sebuah bangunan suci yang disebutkan didalam prasasti tembaga “Alasantan” yang ditemukan kira-kira 45 meter disebelah barat Candi Brahu.
Prasasti ini dikeluarkan oleh raja “Mpu Sendok” pada tahun 861 saka atau tepatnya 9 september 939 M. Menurut cerita masyarakat candi ini dikatakan berfungsi sebagai tempat pembakaran raja Brawijaya, namun dalam penelitian tidak pernah di temukan bekas-bekas abu mayat. Candi Brahu mulai dipugar tahun 1990 dan selesai tahun 1995.
Sleeping Buddha
Slepping Budha terletak tidak terlalu jauh masuknya dari jalan utama, yaitu di Maha Vihara Mojopahit Trowulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Area sekitarnya, dibangun banyak patung-patung medium berwarna emas tetapi tidak sebesar Slepping Buddha nya.
Taman yang mengitari bangunan dan patung-patung nya juga luas, sehingga dapat dikategorikan sebagai lingkungan yang asri. Kawasan ini juga terbuka untuk umum, dapat dilihat dari banyaknya anak-anak, remaja, orang tua yang masuk ke area sekitar Slepping Buddha.
Patung Slepping Buddha memiliki memiliki panjang 22 meter dan lebar 6 meter dengan ketinggian 4.5 meter. Merupakan patung yang menggambarkan Buddha Gautama, dibuat menggunakan beton.
Dibuat pada tahun 1993 oleh YM Viryanadi Maha Tera, pengrajin patung asal Trowulan. Seluruh bagian patung dicat warna kuning keemasan, sedangkan di bagian bawah patung terdapat relief-relief yang menggambarkan kehidupan Buddha Gautama, hukum karmaphala dan hukum tumimbal lahir.
Posisi tubuh patung berbaring miring menghadap ke arah selatan dan kepala bersandar di atas bantal yang disangga menggunakan lengan kanannya. Di dekat patung, terdapat kolam air yang ditumbuhi tanaman teratai yang menggambarkan laut dimana abu Sang Budha Gautama larung. Posisi Patung Buddha Tidur.
Patung Buddha Tidur (rupang Buddha) adalah arca yang menggambarkan Buddha Gautama yang adalah seorang pangeran kerajaan India yang mendirikan Buddhisme.
Posisi tengah berbaring menghadap sisi kanan Sementara kepala patung, bersandar di atas bantal disangga lengan kanannya. Menurut Bhiksu Nyanadhiro, “Rupang adalah replika atau gambaran dari orang-orang yang di anggap telah mencapai kesucian, seperti para Buddha dan murid-muridnya.