"Manuver Erwin Aksa, Politik Lawas Golkar Cari Aman di Pilpres" judul berita dari kanal CNN ini membuat saya tergelitik dalam hal pemilihan judul. Dalam benak saya, judul tersebut secara semiotik seperti menyampaikan bahwa ada pihak yang telah aman dalam Pilpres 2019 atau dapat juga dikatakan akan keluar sebagai pemenang Pilpres 2019 dan Erwin Aksa telah mencium aroma kemenangan itu, sehingga memutuskan merapat pada kubunya.
Sebagaimana yang publik tahu, Erwin Aksa adalah Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, dirinya juga keponakan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Baik Golkar dan Jusuf Kalla adalah pihak yang secara deklaratif telah menunjukan dukungannya pada pasangan petahana Joko Widodo-Maruf Amin. Namun kenyataan tersebut tidak mengurungkan niat Erwin Aksa untuk memberikan dukungan pada Prabowo-Sandi. Erwin Aksa nampaknya tahu bahwa pada Pilpres 2019 ini musim Prabowo-Sandi akan bersemi. Judul berita yang dipilih CNN pun seperti menegaskan akan kemenangan Prabowo-Sandi.
Beberapa waktu yang lalu Litbang Kompas baru saja menyampaikan hasil survei yang mereka lakukan. Litbang Kompas merilis hasil survei elektabilitas pasangan capres-cawapres yang berlaga di Pilpres 2019 sebulan sebelum hari pencoblosan. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 49,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Survei digelar pada 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Margin of error survei ini plus-minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95%.
Melalui survei yang baru dirilis tersebut dapat dilihat bahwa angka keterpilihan Jokowi terseok sampai di bawah 50%, sementara Prabowo-Sandi merangkak naik. BPN pun secara optimis menanggapi hasil survei ini. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai hasil survei Litbang Kompas turut mengkonfirmasi survei internal BPN yang menunjukkan elektabilitas capres petahana Joko Widodo (Jokowi) sudah di bawah 50 persen. BPN menganggap Jokowi tidak mungkin menang. "Litbang Kompas memastikan Jokowi decline dan sudah di bawah 50 (persen). Kalau di bawah 50 (persen) udah nggak mungkin menang ya. Karena gini, ini tren berarti Pak Jokowi sudah tren turun terus, Pak Prabowo naik terus," kata juru bicara BPN Andre Rosiade.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan militansi para pendukung pasangan Prabowo-Sandi menjadi faktor kunci yang melejitkan elektabilitas pasangan tersebut. Pendukung Prabowo-Sandi dinilai secara massif mampu memobilisasi dukungan pada Prabowo-Sandi. Selain itu suara kaum muda millenial juga menjadi penyumbang besar suara Prabowo-Sandi. Millenials awal yang menjadi pemilih pemula menurut survei Kompas banyak merapatkan pilihannya pada Prabowo-Sandi.
Berdasarkan Litbang Kompas Gen Z/Pemilih Mula (usia kurang dari 22 tahun) secara signifikan memberikan dukungan kepada persen Prabowo-Sandiaga sebanyak 47,0 persen, semantara Jokowi-Ma'ruf sebesar 42,2, dan pemilih yang masih merahasiakan dukungannya sebanyak 10,8 persen. Pasangan petahana Jokowi-Maruf menurut Litbang Kompas angka keterpilihannya tinggi pada pemilih yang usianya sudah tua. Jokowi-Maruf mendapat dukungan sebanyak 51.4 persen, sementara Prabowo-Sandi 36.0 persen, sementara pihak yang diam sebesar 12.6 persen.
Survei Kompas menunjukkan telah terjadi perputaran tren, bahwa Prabowo-Sandi mampu mencuri suara kaum muda yang dinilai banyak berafiliasi pada Jokowi-Maruf. Pemilihan Maruf Amin banyak dinilai oleh generasi muda tidak mewakili semangat zaman dan aspirasi anak muda. Sosok Maruf seharusnya cukup dijadikan ulama bangsa saja, tanpa perlu masuk ke ranah politik. Sementara Sandiaga Uno sebagai Cawapres dinilai mampu merepresentasikan suara kaum muda yang energik dan penuh visi-misi yang revolusiner dan baru. Survei Kompas rasanya membawa angin segar bagi pasangan Prabowo-Sandi, survei Litbang tersebut sepertinya membantu menyemai dan menumbuhkan benih-benih dukungan pada Prabowo-Sandi.
Kapal koalisi Joko Widodo-Maruf Amin sedang goyah dan sudah banyak awak kapal koalisi tersebut yang mulai meninggalkan kapal. Sementara di sisi lainnya, musim semi sedang datang pada pendukungan Prabowo-Sandi. Akankah 19 April 2019 nanti akan menjadi musim Prabowo-Sandi? Kita tunggu jawabnnya segera.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H